Sebagai suatu aktivitas sosial, public relations muncul sejak adanya manusia di bumi ini. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia harus berinterkasi dengan sesamanya. Mereka saling bertukar barang (barter), kerja sama untuk bertahan hidup maupun menjalin relasi untuk reproduksi. Semuanya memerlukan kemampuan komunikasi untuk bernegosiasi. Inilah bentuk sederhana dari aktivitas public relations. Dengan kata lain, aktivitas public relations sebenarnya selalu dilakukan manusia sehingga selalu hadir dalam kehidupan. Sifat selalu hadir ini yang disebut Suzane Hosley (2009) sebagai “ubiquitous nature of Public Relations”. “Prinsip-prinsip public relations telah diketahui, dipelajari, dan dipraktikkan sejak berabad-abad lamanya”. (Leahigh, 1993: 24). “public relations sama tuanya dengan peradaban, karena semua aktivitas nya adalah upaya untuk memersuasi. Banyak taktik persuasi yang digunakan sekarang telah digunakan oleh pemimpin masyarakat selama ribuan tahun “
Asbania atau Iberia yang saat ini dikenal dengan kerajaan Spanyol, semula berasal dari wilayah kekuasaan bangsa Vandal, yang kemudian oleh bangsa Arab disebut Andalusia. Andalusia pada abad ke-2 sampai dengan abad ke-5 M menjadi wilayah Kekaisaran Romawi, tetapi kemudian di taklukan oleh bangsa Vandal pada abad ke-5 M. Selanjutnya datanglah bangsa Vandal sampai ke Afrika.
Pada awalnya kerajaan bangsa Gothia ini kuat sekali, namun kemudian timbul perpecahan dikalangan bangsa itu hingga pada akhirnya kejayaan kerajaan itu memudar dan mengalami kemunduran. Setelah Raja Gothia meninggal pada tahun 710 M, dia digantikan oleh Roderick. Seorang penguasa zalim yang tidak disukai bahkan oleh rakyatnya sendiri. Sehingga para puteri Witiza bekerja sama dengan Graff Yulian yang sama-sama memusuhi Roderick meminta bantuan kepada Musa bin Nushair, gubernur Mu’awiyah di Afrika untuk membebaskan mereka dari tangan Roderick.
Musa bin Nushair memohon izin kepada Khalifah Walid bin Abdul Malik, yang setuju dengan memerintahkan kepada Musa untuk mengirim pasukan khusus sebanyak 4.000 tentara biasa dan 1.000 tentara berkuda. Mereka berangkat dengan kapal yang telah disediakan oleh Graff Yulian di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Keberhasilan ekspedisi pertama membuat Musa bin Nushair merasa Yakin bahwa kemenangan akan diperoleh kaum muslimin jika mereka menyerbu Andalusia. Maka pada bulan Sya’ban 92 H/ April 711 M. Musa mempersiapkan pasukannya sebanyak 7.000 orang di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.
Setibanya di selat yang kemudian hari disebut Selat Jabal Thariq (Gibraltar), Thariq membakar semua kapal pengangkut pasukan, agar pasukannya tidak ingat pulang. Thariq terus melakukan gerakannya ke daerah yang dikuasai kerajaan Ghotia dan berhasil menduduki benteng yang amat kuat. Dari sana ia terus melanjutkan ke Toledo, ibu kota kerajaan Gothia Barat. Roderick tidak dapat membendung kekuatan pasukan Thariq dan pada Thariq dapat menguasai Cordova, Malaga dan Granada. Di daerah yang dikuasainya Thariq memerintahkan kepada pasukannya untuk tidak menggangu kehidupan beragama masyarakat Kristen dan Yahudi.
Keberhasilan Thariq bin Ziyad membuat Musa bin Nushair bergabung dengan Thariq. Bergabungnya dua tokoh ini semakin menambah luas kekuasaan islam di Eropa. Dengan kekuatan yang hebat, Musa dan Thariq dapat menguasai Aragon, Cicilia, Katalonia, Saragossa dan Barcelona. Dengan demikian sempurnalah usaha Daulah Umayyah dalam memperluas wilayah kekuasaannya di wilayah Andalusia yang saat ini merupakan bagian dari wilayah Eropa. Selama pemerintahan Daulah Umayyah terdapat enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan Umayyah di Damaskus. Mereka itu adalah Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, Ayub bin Habib, Al Harun, bin Abdurrahman Al-Tsaqifi, Saman bin Malik Al-Khaulani, Anbasah dan Abdul Rahman Al Ghafiqi.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat diakatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Thariq Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair. Thariq dapat dikatakan sebagai perintis dan penyelidik. Yang menyebrangi selat yang ada diantara selat Maroko dan Benua Eropa dengan satu pasukan perang, 500 orang dinataranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang telah disediakan oleh Julian.
Thariq Ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oelh Musa Ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah Khalid al-Walid. Pasukan Thariq dapat menaklukan kota-kota penting seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothia).
Kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh umat islam Nampak begitu mudah hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan. Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam negeri Spanyol sendiri pada masa penaklukan Andalusia oleh orang-orang islam kondisi sosial, politik dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan. Secara politik wilayah Andalusia terkoyak-koyak dan terbagi-bagi dalam beberapa negara kecil. Didalam suatu kondisi seperti itu kaum tetindas menanti kedatangan juru pembebas dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang islam.
Pada periode awal pemerintahan islam di Andalusia pemerintahan dijabat oleh para wali yang diangkat oleh Khalifah Daulah Umayyah di Damaskus pada periode ini stabilitas politik belum tercapai secara sempurna sering terjadi gangguan dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara kau elit pengusa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan disamping itu, terdapar perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur di Afrika Utara yang berpusat di Kairawan, oleh karena itu terjadi dua puluh kali pergantian wali dalam kurun waktu yang amat singkat. Sedangkan gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh islam di Andalusia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintah islam. Mereka hidup sebagai perampok kemudian menjadi kartel-kartel yang pada akhirnya menjadi kerajaan kecil ibarat duri dalam daging bagi penguasa islam di Spanyol.
A. KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA
Umat islam di Andalusia telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual.
Dalam masa lebih dari tujuh tahun abad kekuasaan islam di Andalusia, umat islam telah mencapai kejayaan disana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks. Atau, dapat dikatakan, jika tidak ada islam di Andalusia sudah barang tentu peradaban di Eropa akan mundur lebih dari 100 tahun lamanya. Mengingat dari Andalusia atau Spanyol inilah benua-benua baru banyak ditemukan mulai dari Amerika, Australia bahkan wilayah Asia.
- Kemajuan intelektual
Andalusia adalah negeri yang subur. Kesuburan itu tidak lantas menjadikan mereka lalai bahkan justru mendatangkan ekonomi yang tinggi yang pada gilirannya banyak menghasilkan pemikiran-pemikiran moderat.
Masyarakat Andalusia islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk islam), Barbar (umat islam yang berasal dari Afrika Utara), al-shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
a. Filsafat
Islam di Andalusia telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abaf ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M) karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez pada tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis.. magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggangan filsafat dalam islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal pada tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam manafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keseerasian filsafat dan agama. Ia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid.
b. Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termahsyur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqas terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang oabt-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah islam bagian barat telah melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1128 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dari Sicilia dan ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) memyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
c. Fiqh
Dalam bidang fiqh, Andalusia Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d. Musik dan kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol islam mencapai kecermelangna dengan tokohnya sl-Hasan Ibn Nafi yang dijuluki zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anal-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehinnggga kemahsyurannya tersebar luas.
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan islam di Andalausia. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang islam dan non-islam. Bahkan, penduduk asli Andalusia menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-‘Iqad al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
f. Kemegahan pembangunan fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat islam sangatn banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyrakat spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier,dan jembatan-jembatan air didirikan. Tem[at-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang arab memperkenlakan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mngecek curah air, waduk ( kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air asal persia yang dinamakan naurah (spayol: Noria). Disamaping itu, orang-orang islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan tanaman-tanaman. Industri, di samping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi sepanyol islam. Diantarnya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar. Namun demikian, pembanguna-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembanguanan kota, istana, pemukiman dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah masjid Coedova, kota al Zahra, istana Ja’fariya di saragosa, tembol toledo, istana al-Makmun, masjid seville, dan istana al-Hamra di Granada.
g. Cordova
Cordova adalah ibu kota Andalusia/ Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir ditengah kota. Taman-taman dibangun utuk menghiasi ibu kota Spanyol islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan dipuncaknya terpancang istana Damsik. Diantaranya kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala’i, terdapat 491 masjid disana. Disamping itu, ciri khusus kota-kota islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 km.
h. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikiran islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunanya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.
B. Faktor-faktor pendukung kemajuan
Andalusia islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat islam, seperti Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Wasith dan Abdurrahman al-Nashir.
Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Andalusia. Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing.
Masyarakat Andalusia islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah II di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah islam keujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang dimaksud dengan kesatuan budaya islam.
Perpecahan politik pada masa Muluk al-Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan budaya Spanyol islam. Setiap dinasti (sultan) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan perdaban di Spanyol, Muluk al-Thawa’if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang diantaeanya justru lebih maju[1].
C. Pengaruh Peradaban Spanyol Islam Di Eropa
Kemajuan eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban islam mempengaruhi eropa, seperti sicilia dan perang salib, tetapi sauran yang terpenting adalah spanyol dan eropa.
Spanyol merupakan tempat yang palin utama bagi eropa menyerap paradaban islam, baik dalam hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara. Orang-orang eropa menyaksikan kenyataan bahwa spanyol berada di bawah kekuasaan islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sins di samping bangunan fisik. Yang terpenting di antaraya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). Ia melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian islam terhadap pantheisme dan antropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusyd-isme) yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.
Berawal dari gerakan dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Buku-buku Ibn Rusyd dicetak Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourgh, dan diawal ke abad ke-17 M di Jenewa.
Pengaruh peradaban islam, termasuk didalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berwal dari bayaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas islam di spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga dan Granada dan Salamanca[2].
Kemunduran dan keruntuhan islam di Andalusia
Kemunduran islam yang berakibat fatal terhadap seluruh sendi-sendi islam di Spanyol, ada dua faktor penyebab kemunduran islam di Andalusia yaitu:
1. Penyebab dari dalam (internal)
a. Sistem pengangkatan ke khalifan kurang jelas.
Karena sistem pengangkatan khalifah kurang jelas, maka antara anggota keluarga Umayyah II saling merebutkan kekuasaan, mereka saling mengklaim dirinya bahwa ia merasa lebih berhak untuk menjadi khalifah, disamping itu juga boleh jadi dikalangan pembesar-pembesar kerajaan yang bukan dari kalangan mereka juga ambisi menduduki kekhalifahan.
Ketika khalifah Hakam II pada tahun 350 H / 961 M dalam usia 45 tahun naik menjadi khalifah mengantikan ayahnya Abdur Rahman III (921-961 M), beliau merupakan khalifah kedua dalam sejarah daulat Bani Umayyah di Andalusia. Beliau wafat pada tahun 676 M dalam usia 62 tahun dan masa pemerintahannya 17 tahun lamanya, kemudian digantikan putranya Hisyam II (976-1009 M) yang usianya masih 10 tahun, oleh karena masih muda, maka jabatan ursyih ulil amri (pemangku kuasa) bagi pelaksanaan pemerintahan umum dijabat oleh Mughairah ibn Abdur Rahman III saudara bapaknya.
Amir Mughairah tidak lama berkuasa, karena mati dalam perebutan kekuasaan, tregedi tersebut buat pertama kali dalam sejarah Daulah Umayyah di Andalusia, dan merupakan persekongkolan istana yang dikepalai oleh Al-Hajib Ja’far bin Ustman Al-Shahfi yang semenjak Khalifah Al-Hakam II telah memangku jabatan Al-Hajib. Selanjutnya pelaksanaan kekuasaan berada pada wasir Muhammad ibn Abi Amir ia mendapat gelar Mulk al-Mansur yang kemudian menjadi toko terkenal di kemudian hari, ia terjun ke medan perang membawa tentarnya dan berhasil menangkap setiap peperangan yang dihadapinya, sedangkan khalifah hanya tinggal terkurung didalam pekarangan istana, hal ini pula awal melemahnya otoritas kekhalifahan.
Sepeninggalan Mulk Al-Mansur yang berkuasa sejak tahun 976-1003 M maka terjadilah kemelut yang berkelanjutan didalam perebutan kekuasaan sampai daulat Umayyah di Andalusia runtuh, peristiwa ini dalam tempo 92 tahun saja sepeninggal Mulk Al-Manshur yaitu antara tahun 393/ 1003 M dengan 422 H / 1031 M.
Semua kejadian tersebut menandakan bahwa peralihan dari satu khalifah ke khalifah berikutnya tidak ada peraturan yang mengikat, akibatnya di antara keluarga istana merasa punya hak untuk menduduki jabatan ke khalifahan, sehingga dengan mudah terjadi perebutan kekuasaan di antara keturuan-keturunan Bani Umayyah yang datang kemudian lebih lemah dari pada yang terdahulu, perang saudara tak terhindarkan, padahal mereka sesama umat islam.
b. Munculnya kerajaan-kerajaan kecil.
Tidak berapa lama Hisyam II merebut kembali khalifah untuk kedua kalinya, Cordova sebagai pusat kekhalifahan di Andalusia dilanda kekacauan politik akhirnya pada tahun 1031 M dewan menteri yang memerintah Cordova menghapus jabatan Khalifah.
Permusuhan antara non Arab yang baru masuk islam dengan bangsa Arab, menjadikan negara muslim Spanyol tidak mampu memperkokoh rezim. Sebuah pemerintahan imperial dipusat digantikan oleh sejumlah rezim propensial yang lebih kecil, kesatuan pemerintahan kekhalifahan terhapus dan Spanyol terbagi-bagi menjadi kesultanan kecil (antara 1030-1090), tentara Arab, Slavia dan tentara Barbar serta kalangan elit lokal masing-masing menjadi berkuasa.
Meskipun terjadi rezim propensial, tetapi ada suatu hal yang perlu dicatat bahwa masyarakat Andalusia tidak turut terpecah-pecah, hukum islam serta identitas muslim Arab tetap diterima secara universal, perdaban dan ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan islam Spanyol memuncak perkembangannya, setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Akan tetapi beberapa tahun kemudia perpecahan politik yang sedemikian menghangat sangat mengancam keberadaan peradaban bangsa islam Spanyol.
c. Fanatisme kesukuan
Semenjak kematian Abdur Rahaman III, pemeluk-pemeluk islam yang baru tidak dapat menerima sistem aristokrasi kearaban, mereka ini merupakan pihak pertama yang menentang kekhalifahan Umayyah, sehingga muncul dua kekuatan terbesar yaitu Barbar dan Slavia. Beberapa suku saling memperebutkan supremasi kesukuannya dan bahkan berusaha mendirikan sebuah negara yang merdeka.
Kalangan orang Spanyol dan Barbar memandang bangsa Arab sebagai orang asing atau kaum pendatang, maka keberadaan pemerintah islam di Spanyol tidak berhasil menegakkan ikatan kebangsaan di tengah-tengah keberagaman ras dan suku, akibatnya imperium islam Spanyol terpecah menjadi sejumlah kelompok yang saling bertentangan sehingga mempercepat kehancuran pemerintah muslim di Andalusia.
d. Kesulitan ekonomi
Pada paruh kedua para penguasa islam Spanyol, membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehigga lalai membina perekonomian, akibatnya timbul kesulitan ekonoi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer. Dengan munculnya dinasti-dinasti kecil menyebabkan kondisi politik yang tidak stabil dan menyebabkan perekonomian morat-marit.
2. Penyebab dari luar (eksternal)
a. Karena wilayah Andalusia terpencil
Kondisi wilayah turut mempengaruhi kemunduran islam di Spanyol, Spanyol bagaikan daerah terpencil dari dunia islam yang lain, mereka selalu berjuang sendirian tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di Spanyol.
b. Konflik antara islam dengan kristen
Sejak islam masuk di Andalusia, para penguasa islam tidak melakukan islamisasi secara sempurna, kerajaan-kerajaan Kristen yang tidak ditaklukan dibiarkan pada hukum dan adat mereka, asal mereka membayar upeti, disamping itu kehadiran orang Arab memperkuat rasa kebangsaan (nasionalisme) orang Kristen Andalusia, sehingga tidak pernah berhenti pertentangan antara islam dengan Kristen dan setelah beberapa abad kemudian raja-raja Kristen mempersiapkan diri untuk merebut kembali Spanyol.
Dengan munculnya disintegrasi negara-negara muslim pada abad sebelas mengantarkan pada pesatnya ekspansi sejumlah kerajaan kristen, guna mempersatukan kerajaan Castile, Leon dan Galicia, pada tahun 1085 Alfonso VI menaklukan Toledo, ini merupakan awal pecahnya antara pihak Muslim dengan Kristen. Selanjutnya dimenangkan oleh Kristen. Tidak lama kemudia secara berurutan kerajaan Aragon merebut Huesca (1096), Saragossa (1118), Tortosa (1148) dan Lerida (1149).
Kemajuan pihak Kristen di imbangi oleh pihak muslim, pada tahun 1082 sebuah delegasi ulama mengundang pihak al-Murabithun untuk terlibat demi membela umat Muslim Spanyol, sehingga pada tahun 1086 pasukan kerajaan dari Maroko menyebrangi Spanyol dan akhirnya mengalahkan Alfonso VI dan tahun 1090 sampai 1145 pasukan Afrika Utara tersebut berhasil menundukkan kota-kota muslim Andalusia. Kerajaan Al-Muwahidun dikalahkan pada tahun 1212 oleh pasukan gabungan Leon, Castile, Navarre dan Argon dalam perang Las Navas de Tolosa. Dengan kekalahan Al-Muwahidun negara muslim Spanyol kembali menjadi indepeden tetapi tidak berdaya menghadapi Kristen.
Setelah raja Ferdenand dari Argon bergabung dengan Ratu Isabella dari Castille keduanya kemudian ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Muhammad Abdullah IX tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Akhirnya keemasan Granada kerajaan islam terakhir di Andalusia setelah ratusan tahun memancarkan sinarnya ke seluruh penjuru Eropa hilang dan sirna. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan islam di spanyol.
Penggabungan kekuatan dari kerajaan Castile dan Aragon pada tahun 1230 M, disadari atau tidak telah membuka jalan untuk penaklukan Cordova dan wilayah-wilayah lainnya termasuk Seville yang jatuh di tahun 1248. Sementara itu pasukan Argon bergerak ke wilayah Valencia pada tahun 1238 dan Murcia tahun 1243, pada pertengahan abad tiga belas hanya Granada yang tetap bertahan dalam kekuasaan Muslim, lantaran warganya berjumlah besar, wilayahnya berbukit dan ekonominya produktif untuk membayar pajak. Namun pada akhirnya tetap bertekuk lutut pada kekuasaan kerajaan Kristen pada saat itu.
Dengan demikian tanggal 2 Januari 1942 sebagai tanggal jatuhnya Raja Abu Muhammad atau raja terakhir islam di spanyol, ia pun dipersilahkan naik ke kapal dan berlayar menuju Afrika Utara menyebrangi Selat Gibraltar dimana Thariq bin Ziyad pernah datang dan menaklukan Spanyol pada tempo dulu. Dan pada tanggal 2 Januari 1492 inilah tercatat sebagai tanggal pemurtadan besar-besaran yang pernah terjadi dalam sejarah karena orang yang tidak mau masuk agama Kristen terpaksa harus meninggalkan harta bendanya di spanyol. Baik Cordova maupun Granada hancur lebur bersama kitab-kitabnya berikut peradabannya, dan islam tinggal kenangan di wilayah eropa[3].
DAFTAR PUSTAKA
Ma’ruf Dan M. Tisna Nugraha. 2016. Sejarah Peradaban Islam 2. Pontianak: STAIN Pontianak Press.
Yatim, Badri. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Comments
Post a Comment