Sebagai suatu aktivitas sosial, public relations muncul sejak adanya manusia di bumi ini. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia harus berinterkasi dengan sesamanya. Mereka saling bertukar barang (barter), kerja sama untuk bertahan hidup maupun menjalin relasi untuk reproduksi. Semuanya memerlukan kemampuan komunikasi untuk bernegosiasi. Inilah bentuk sederhana dari aktivitas public relations. Dengan kata lain, aktivitas public relations sebenarnya selalu dilakukan manusia sehingga selalu hadir dalam kehidupan. Sifat selalu hadir ini yang disebut Suzane Hosley (2009) sebagai “ubiquitous nature of Public Relations”. “Prinsip-prinsip public relations telah diketahui, dipelajari, dan dipraktikkan sejak berabad-abad lamanya”. (Leahigh, 1993: 24). “public relations sama tuanya dengan peradaban, karena semua aktivitas nya adalah upaya untuk memersuasi. Banyak taktik persuasi yang digunakan sekarang telah digunakan oleh pemimpin masyarakat selama ribuan tahun “
FAKTOR MANUSIA DALAM HUMAN RELATIONS
Selamat datang di blog saya. Kali ini saya akan memberikan informasi yang mudah-mudahan bisa membantu para pembaca dalam menambah referensi dan wawasan. ohh iyaa... jangan lupa bagi temen-temen yang ingin tulisan ini atau tulisan yang lainnya, inbox aja lewat email hikmah yah... ok langsung cek aja
sumber gambar: Ilmu Psikologi Titik sentral human relations adalah manusia. dan titik sentral human relations dalam organisasi kekaryaan adalah karyawan. Manusia karyawan ini harus ditinjau dari segi manusiawinya. Untuk mempraktekkan human relations, seorang pemimpin perlu sedikit banyak mempelajari sifat tabeat manusia karyawan tadi. Meskipun tidak secara mendalam, pemimpin oraganisasi perlu memahami mengapa para karyawan satu sama lainnya berbeda dalam tabeat dan tingkah-lakunya; dan perlu mengetahui bagaimana tingkah laku mereka dalam hidup berkelompok dan bermasyarakat.
Bahwa manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lain bahkan memiliki kelebihan dari makhluk lain, sudah diakui sejak dahulu kala. Manusia bukan hanya mempunyai kemampuan vegetative; makanan dan berkembang biak; bukan hanya memiliki kemampuan sensitive, bergerak, mengamat-amati, bernafsu dan berperasaan; tetapi juga berkemampuan intelektif; berkemauan dan kecerdasan.
Kemudian yang membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya ialah sifat-sifat rohaniahnya. Dalam pertumbuhannya, manusia bukan saja mengalami perkembangan dalam segi jasmaniahnya, tetapi juga rohaniahnya. Dan perkembangan ini membentuk jiwanya, sifat tabeatnya dan tingkah lakunya.
FAKTOR PEMBAWAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN
Ada dua faktor yang menentukan sifat tabeat manusia yakni pembawaan sejak ia dilahirkan (heredity) dan lingkugan hidupnya (environment). Yang menjadi dasar dari sifat tabeat seseorang ialah sifat-sifat yang dimilikinya begitu ia dilahirkan sifat mana adalah warisan dari orang tuanya dan nenek moyangnya. Sifat-sifat tersebut terpengaruhi oleh lingkungan dimana ia hidup. Lingkungannya akan menentukan apakah sifat-sifat yang sudah ada padanya. Yang diartikan pengaruh disini ialah bahwa sifat-sifat yang sudah ada itu berkembang atau tertahan; tetap tidak mematikan.
Dalam perjalanan hidupnya, dalam berintraksi dengan lingkungannya, seseorang menangkap kesan-kesan dari luar dirinya melalui panca inderanya. Yang ia lihat, yang ia dengar, dan sebagainya masuk di alam sadarnya dan berhimpun di alam bawah sadarnya, berpadu dengan kesan-kesan pengalaman warisan nenek moyangnya yang sudah ada sejak ia lahir. Kesan-kesan pengalaman nenek moyangnya, pada orang yang satu berbeda dengan orang lainnya. Dan itulah yang menimbulkan perbedaan sifat tabeat manusia. Karena itu untuk mengetahui pribadi seseorang tidak cukup mengenal individu itu saja tetapi harus mengetahui pula kehidupan orang tua dan nenek moyangnya.
Selanjutnya dalam perjalanan hidupnya dan perkembangan jiwanya, seseorang mengalami aktivitas psihis. Dan bila aktivitas kejiwaan itu tetap sama tanpa terpengaruh oleh kesan-kesan yang ada pada suatu saaat muncul, ini dimanakan fungsi psihis. Fungsi psihis ini adalah pikir, rasa, intuisi dan penginderaan. Dan salah satu diantaranya pada seseorang bisa dominan. Jadi pada seseorang yang dominan bisa pikirannya, perasaannya, intuisinya tau penginderaannya.
Orang yang dominan pikirannya akan berusaha memahami lingkungannya dengan jalan pengetahuan, menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lainnya dengan mengambil kesimpulan yang logis; sedang ukkuran penilaian senang atau tidak senang, suka atau tidak suka (like or dislike). Pikiran dan perasaan tidak akan sama. Ukuran penilaian pikiran adalah benar atau tidak benar. Walaupun hati tidak senang, pikiran bisa menyatakan benar. Atau sebaliknya, meskipun hati merasa senang, pikiran bisa menyatakan tidak benar.
Dalam pada itu pada seseorang bisa intuisi yang dominan. Orang yang demikian akan menangkap segala hal dalam lingkungannya lebih banyak melewati penglihatan batin; tidak melihat secara mendetail, tetapi melihat makna secara keseluruhan.
Orang yang dominan penginderaannya menangkap hal-hal yang terdapat dalam lingkungannya sebagaimana adanya tanpa ukuran penilaian apapun. Orang yang seperti itu bila melihat tembok atau mendengar music atau meraba meja, hanya menangkap apa adanya; tidak melakukan suatu penilaian.
Di antara keempat fungsi psihis tersebut yang pokok adalah pikiran dan perasaan; yang dua lainnya hanya sebagai pembantu. Tetapi biasanya pikiran-lah yang melebihi lainnya. Pikiranlah yang menuntun.
Pada kenyataannya pikiran tidak pernah bekerja sendiri, tetapi dibantu oleh penginderaan atau intuisi. Juga perasaan dibantu oleh penginderaan atau intuisi. Selalu bekerja secara sempurna. Jika pikiran seseorang bekerja-sama dengan penginderaan, ia berpiokir secara empiris, yakni berpikir tentang kenyataan berdasarkan tangkapan penginderaannya, berdasarkan empirisnya. Orang semacam ini biasanya senang mempeljari ilmu pengetahuan. ada pula orang yang pikirannya dibantu oleh intuisi. Ia berpikir intuitif, berpikir tidak berdasarkan kenyataan, melainkan berdasarkan firasat.
Kalau perasaan seseorang dibantu oleh penginderaan, ia berperasaan empiris. Ia merasa senang atau menolak didasarkan atas empirisnya. Dan bila intuisi yang yang membantu perasaannya itu, ia berperasaan intuitif. Dalam berperasaan intuitif ini, jika ia menyatakan senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, menerima atau menolak itu, di dasarkan atas intuisinya; ia tidak tahu apa sebabnya.
Extraverrt, introvert dan ambivert
Berdasarkan fungsi psihis tersebut di atas, ahli jiwa Jung membedakan manusia menjadi dua golongan menurut arah perhatiannya. Jiak perhatiannya terutama ditujukan ke luar, yakni ke sekelilingnya, ini dinamakan type extraverse. Dan orangnya disebut extravert. Seorang extravert lebih mementingkan lingkungannya daripada dirinya sendiri; lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Orang macam ini umumnya berhati terbuka, gembira, ramah-tamah, lancar dalam pergaulan, dan memancarkan sikaphangat, sehingga cepat mendapat banyak kawan.
Golongan yang kedua ialah orang yang perhatiannya terutama di arahkan ke dalam dirinya sendiri. Ini disebut type intraverse. Dan orangnya dianamakan intravert. Orang yang bertype ini lebih memntingkan dirinya sendiri daripada kepentingan umum. Dirinya sendiri menjadi primer, lingkungannya sekunder. Seorang introvert biasanya pendiam, egoistis, suka merenung, senang mengasingkan diri, tidak bisa bergaul.
Yang penting ialah jika seorang extravert hidup bersama dengan seorang introvert, maka antara kedua orang tersebut akan terjadi ketegangan psikologis.
Akan tetapi pada kenyataannya perbedaan yang ekstrim itu hanya terdapat pada sebagian kecil manusia saja, sebab antara kedua golongan itu ada segolongan yang mengantarainya, yakni type ambiverse. Dan ternyata, bahwa orang-orang ambivert jauh lebih banyak daripada orang-orang extravert dan introvert.
Jadi berdasarkan fungsi psihis dan arah perhatiannya, maka terdapat orang-orang extravert yang terbiasa berpikir empiris, berpikir intuitif, berperasaan empiris, berperasaan intuitif; orang ambivert yang berpikir empiris, berpikir intuitif, berperasaan empiris, berperasaan intuitif; dan orang introvert yang berpikir empiris, berpikir intuitif, dan berperasaan empiris, berperasaan intuit.
Sebagai manusia para karyawan-pun terdiri dari orang-orang extravert, ambivert dan introvert dengan kebiasaan-kebiasaan berpikir dan berperasaan seperti disebutkan di atas.
Itu semua perlu diketahui oleh para manajer atau pemimpin eksekutif. Dengan demikian para pemimpin kelompok kekaryaan akan dapat memahami, mengapa seorang karyawan mempunyai sifat tabeat tertentu. Dan ini akan memudahkan memecahkan masalah yang dihadapi para karyawan. Masalah-masalah yang dihadapi para karyawan, baik di rumahnya maupun di tempat pekerjannya, akan besar pengaruhnya kepada pelaksanaan tujuan organisasi. Dengan berhasilnya memecahkan masalah para karyawan, berarti seorang manajer telah sukses melaksanakan human relations. Dan ini besar artinya bagi manajemen.
Adapun pendekatan yang digunakan yaitu
- Pendekatan hubungan antar manusia
Pendekatan hubungan antar manusia berkembang sebagai reaksi terhadap perhatian eksklusif faktor fisik dalam mengukur keberhasilan organisasi. Salah satu asumsi dasar dari pendekatan hubungan antarmanusia adalah kenaikan kepuasan kerja akan mengakibatkan kenaikan produktivitas. Seorang karyawan yang bahagia adalah karyawan yang produktif. Oleh karena itu, fungsi manajemen adalah menjaga agar karyawan terus merasa puas.
Pemimpin menciptakan norma-norma dan para anggota kelompok penngikutnya. Pengendalian kepemimpinan dianggap cara terbaik untuk meningkatkan kepuasan dan produksi. Manajemen berusaha untuk mempengaruhi para pemimpin, yang pada gilirannya mempengaruhi pekerja, sehingga mereka merasa senang dan akan menjadi produktif.
Pendekatan hubungan antarmanusia sangat menghargai pemimpin demokratis. Pemimpin tipe ini mendorong anggotanya untuk berpartisipasi dalam menjalankan organisasi dengan memberikan saran-saran, umpan balik, dan menyelesaikan masalah dan keluhan mereka sendiri. Semua anggota organisasi harus berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, yang pada akhirnya mempengaruhi mereka. Komunikasi merupakan salah satu alat penting manajemen dalam usaha mencapai hasil tersebut. pendekatan hubungan antar manusia, mengakui pentingnya kelompok sosial, informal di dalam organisasi dan memberikan pertimbangan khusus kepada komunikasi antarpribadi di dalam sub-kelompok organisasi itu.
- Pendekatan budaya
Pendekatan budaya adalah pendekatan kontemporer tetang oragnisasi. Pendekatan budaya beranggapan bahwa perusahaan harus dipandang sebagai suatu kesatuan sosial atau budaya (Pillota, Widaman, dan Jasko, 1998; Putnam dan Pancanowsky, 1983.)
Pada umumnya, suatu kelompok atau kultur sosial selalu memiliki peraturan seperti: perilaku, peran, dan nilai-nilai. Demikian pula halnya suatu organisasi. Oleh karena itu, organisasai harus mengidentifikasi jenis kultur, norma-norma, atau nilai-nilai yang dianutnya. Tujuan dari analisis ini adalah untuk memahami bagaimana organisasi berfungsi, bagaimana organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh anggotanya (pekerjanya) dalam budaya organisasi tersebut.
Dalam pandangan budaya, komunikasi tidak hanya sekedar pesan yang dikirim dari satu anggota keanggota lain melalui satu atau lebih saluran (seperti pada beberapa analisis jaringann komunikasi). Akan tetapi, komunikasi harus dilihat secara integral di dalam organisasi. Pada kenyataannya, komunikasi mendefinisikan dan membentuk organisasi, divisi-divisinya, dan beberapa fungsinya. Organisasi diciptakandan dibentuk oleh para pekerja serta interaksi komunikasinya.
Thomas Peters dan Robert Waterman (1982) dalam buku berjudul In Search of Excellent: Lessons from America’s Best-Run Company, memandang perusahaan sebagai budaya (walaupun mereka menggunakan pendekatan dan budaya perspektif yang lain) dan mengusulkan bahwa perusahaan yang berhasil harus memiliki delapan persyaratan, sebagai berikut:
- Mereka memiliki bias untuk bertidak
Perusahaan membiaskan diri melakukan tindakan yang sudah lama diteliti, dilaporkan, dan dirapatkan dalam suatu komite.
- Mereka berusaha dekat dengan pelanggan
Perusahaan membiasakan diri mendenagrkan para pelanggannya dan mencoba untuk menyuguhkan kualitas dan pelayanan yang diinginkan pelanggannya.
- Mereka mendorong pemimpin yang mandiri dan berjiwa wirausaha. Perusahaan mendorong para pekerjanya mengambil resiko dan kreatif dalam bekerja.
- Mereka mencapai produktivitas melalui orang.
Perusahaan harus menganggap bahwa para anggotanya sebagai sumber produktivitas. Perbedaan tajam anatara manajemen dengan pekerja sangat dihindari.
- Mereka mendorong manajemen yang transparan.
Di dalam perusahaan, majemen mengetahui apa yang sedang terjadi, sebab manajemen tetap dekat dengan kegiatan opersi perusahaan, seperti mengunjungi bagian-bagian dan melakukan inspeksi ke pabrik.
- Mereka tetap berpegang pada apa yang mereka ketahui. Perusahaan mengetahui bisnis apa yang digelutinya, tidak berusaha untuk terlibat dalam kegiatan di mana mereka tida ahli.
- Mereka memiliki struktur organisasi yang sederhana dan bersandar pada puncaknya. Perusahaan ini debentuk denngan struktur yang sederhana, tanpa struktur organisasi yang rumit, dengan staf yang relative sedikit pada puncak hierarkinya.
Mereka bersifat desentralisasi (longgar) dan sentralisasi (ketat). Perusahaan pada umumnya terdesentralisasi, dalam arti para pekerjaannya relative memiliki otonomi, tetapi sangat tersentralisasi dalam arti tujuan dan nilai-nilainya.
Sekian dari hikmah ya....mohon maaf jika tulisan ini masih belum membuat temen-temen puas. semoga kalian selalu diberi kesehatan dan rejekinya dipermudah. amiin...
Daftar pustaka: onong uchjana effendi. 1993. Human relations dan public relations. Bandung: cv. Mandar maju.
Comments
Post a Comment