Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW Skip to main content

EVOLUSI HUMAS: BAGAIMANA PROFESI BERKEMBANG DAN KEMANA ARAHNYA

               Sebagai suatu aktivitas sosial, public relations muncul sejak adanya manusia di bumi ini. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia harus berinterkasi dengan sesamanya. Mereka saling bertukar barang (barter), kerja sama untuk bertahan hidup maupun menjalin relasi untuk reproduksi. Semuanya memerlukan kemampuan komunikasi untuk bernegosiasi. Inilah bentuk sederhana dari aktivitas public relations.                Dengan kata lain, aktivitas public relations sebenarnya selalu dilakukan manusia sehingga selalu hadir dalam kehidupan. Sifat selalu hadir ini yang disebut Suzane Hosley (2009) sebagai “ubiquitous nature of Public Relations”. “Prinsip-prinsip public relations telah diketahui, dipelajari, dan dipraktikkan sejak berabad-abad lamanya”. (Leahigh,   1993: 24). “public relations sama tuanya dengan peradaban, karena semua aktivitas nya adalah upaya untuk memersuasi. Banyak taktik persuasi yang digunakan sekarang telah digunakan oleh pemimpin masyarakat selama ribuan tahun “

Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW



                                         MASYARAKAT ISLAM MASA NABI
    sumber gambar: Motivasi & Inspirasi

           
         Dakwah Nabi Muhammad berada 2 tempat strategis, Makkah dan Madinah. Awal dakwah Nabi Muhammad bisa dikatakan penuh tantangan dan duri, namun ketangguhannya menyingkirkan itu semua. Hal ini terbukti dengan banyaknya cara yang digunakan Nabi untuk meyakinkan para penduduk Makkah terhadap ajaran yang dibawanya Islam. Mulai dari cara person to person yang menghasilkan kader-kader professional di masa mendatang- identic dengan dakwah bil sirri- sampai memberikan dakwah bil jahri yang berdampak pada perjanjian atau bai’at- baik[1] aqabah I dan II- yang merupakan alasan mendasar terjadinya hijrah Nabi ke madinah.

A.    MASYARAKAT ISLAM MAKKAH
Sekitar tahun 571 M lahirlah seorang anak lelaki di dalam suku Quraisy. Suku Quraisy ialah suatu suku yang terhormat kedudukannnya, karena merekalah yang menjadi pelindung Ka’bah. Anak tadi diberi nama oleh ibunya,yang untuk selama-lamanya tidak dapat dipastikan kebenarannya. Di dalam Al-Qur’an ia bernama Muhammad, dan suatu kali disebut Ahmad yang artinya “orang yang dijunjung tinggi”[2].
            
          Akan tetapi, dengan perkawinan beliau pada usia dua puluh lima tahun dengan seorang janda kaya dan bangsawan, Khadijah namanya, yang lima belas tahun lebih tua, maka Muhammad-pun naiklah ke atas panggung sejarah yang jelas. Khadijah juga termasuk suku Quraisy dan mempunyai usaha perdagangan sendiri, karena ia adalah janda dari seorang pedagang kaya. Khadijah menerima Muhammad bekerja dalam perusahaannya. Selama Khadijah yang mempunyai pribadi yang kuat dan tabiat yang mulia masih hidup, maka selama itu Muhammad selalu menjauhkan diri dari pergaulan wanita-wanita lain.
          
          Pada suatu saat, ketika ia menyendiri, lantaran kesangsian yang timbul dalam hatinya dan rindu kepada kebenaran, Muhammad mendengar satu suara yang memerintahkan: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan kamu!” (Qur’an 96:1). Inilah wahtu yang pertama dan dengan demikian Muhammad menerima kenaikan sebagai Rasul Allah. Setelah wahyu yang pertama itu berhenti kemudian turunlah wahyu yang kedua, dan pada saat inilah karena tekanan emosi yang besar, Nabi lari ke rumah dengan mengatakan kepada istrinya supaya tubuhnya diselimuti, tetapi ketika itu pula terdengarlah suara yang mengatakan: “hai orang yang berselimut. Bangunlah dan berikanlah peringatan kepada umat manusia!” (Qur’an 74:1)

           Suara yang turun itu berubah-ubah, kadang-kadang sebagai dengungan lonceng, yang kemudian mebulat menjadi satu suara, dan orang percaya, bahwa suara itu adalah suara malaikat jibril. Ajaran apa yang disebarkan oleh Nabi Muhammad saw. adalah serupa dengan ajaran nabi-nabi Ibrani dari Injil Perjanjian lama: hanya ada satu Tuhan; Ia Maha Kuasa; Ia pencipta seluruh alam; ada satu hari pengadilan di akhirat berbahagialah orang di dalam surge jika tawakal kepada perintah-perintah Allah, dan beroleh siksaan berat di dalam neraka jika ia ingkar kepada perintah-perintah itu. Inilah pokok-pokok utama dari ajaran yang disebarkan Nabi Muhammad[1].
            Muhammad tidak berpikir bahwa ia menemukan agma baru (Karen Armstrong, 2005), tetapi ia sadar mengarahkan keyakinan lama masyarakat Arab menuju keesaan Tuhan, yang memang sebelumnya tidak pernah memiliki seorang Nabi. Tidak benar bila hal ini bertujuan demi keuntungan pribadi, demikian Muhammad menegaskan, tetapi bertujuan untuk berbagi kekayaan dan menciptakan suatu masyarakat di mana yang lemah dan rapuh diperlakukan dengan hormat.
            Makkah merupakan kota penting pada waktu itu baik dikarenakan tradisi maupun kedudukannya. Ajaran Nabi Muhammad-Islam- disamping berhadapan dengan agama politeisme yang telah mengakar kuat juga harus melawan oposisi dari pemerintahan oligarki bukanlah ajaran baru bagi masyarakat padda waktu itu. Hal ini terbukti dengan banyaknya kesamaan esensi dalam hal ibadah, misalnya dalam hal puasa, shalat. Kesamaan ritual inilah yang menjadi salah satu penyebab ketertarikan masyarakat Makkah terhadap ajaran Nabi, meskipun oleh sebagian kelompok masyarakat ajaran Nabi Muhammad dianggap merusak tatanan masyarakat kesamaan ritual yang dimaksud dapatlah kiranya dipahamai secara jelas di bawah ini[2]


No
Ritual sebelum Islam
Masa Islam
Keterangan
1.
Persaudaraan klan
Pemberian zakat
Ritual pemberian zakat identik untuk menguatkan persaudaraaan klan di antara mereka.
2.
Haji
Haji
Hanya berbeda pada tataran niat dan tujuan.
3.
Menyembah berhala
Shalat
Terdapat kesamaan pada tujuan penyembahan.

Selain kesamaan ritual di atas, ketertsrikan masyarakat terhadap Islam juga disebabkan inti ajaran Islam itu sendiri, yaitu masalah keesaan tuhan, penghapusan patung-patung berhala, keawajiban menusia beribadah kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Dengan kata lain, Islam merupakan agama yang mengingatkan pada hal yang alami, kebutuhan asli manusia.
            Adapun anggapan pengrusakan tatanan masyarakat yang dianut oleh kalangan the have (bangsawan) inilah yang menyebabkan terjadinya benyak konflik baik terhadap pribadi Nabi maupun pengikutnya yang mengharuskan Nabi mengambil tindakan guna kebaikan bersama. Rincian konflik dapat dilihat di bawah ini[1]:
No
Konflik/tekanan yang dihadapi
Tindakan Nabi
1.
Cara halus yang berbentuk bujukan diplomatik melalui pamannya.
Ditolak denganpenuh keyakinan dengan mengatakan “Meskipun matahari diletakkan di tangan kanan saya dan bulan di tangan kiri saya dan saya disuruh memilih untuk meninggalkan tugas dakwah ini biar Allah sendiri yang memenangkannya nanti atau saya mati dalam tugas ini niscaya saya tidak akan surut.
2.
Cara kasar salah satu contohnya dengan meletakkan kotoran manusia di depan rumah Nabi atau ketika beliau shalat seperti yang dilakukan Uqbah dari Bani Syams.
Selalu tersenyum dan langsung membersihkan tanpa merasa sakit hati.
3.
Pemboikotan terhadap Bani Hasyim selama 3 tahun.
Menghadapi dengan sabar.
4.
Penyikasaan terhadap pengikut dari kaum lemah seperti Bilal.
Memerintahkan para sahabat untuk hijrah salah satunya ke raja Najasyi.[2]

            Fenomena pro kontra tersebut setidaknya dilatar belakangi adanya faktor sosial dan ekonomi an sich. Para bangsawan belum siap untuk menjajarkan kedudukannya dengan sekelompok masyarakat yang selama ini dianggap budak selain adanya “larangan menyembah berhala” yang notabene itu adalah salah satu sumber penghidupan mereka.
            Khadijah bisa dikatakan sebagai orang makkah pertama yang masuk Islam bukan kerena beliau istri Nabi namun lebih dikarenakan kebenaran ajaran yang dibawa sang suami yang telah di ta;kid pamannya warqah. Adapun kerluarga Nabi adalah Ali, Zaid, 4 anak perempuan Nabi. Adapun dari luar keluarga Nabi adalah Atiq bin Usman yang dikenal dengan Abu Bakar. Masuknya Abu Bakar ini membawa dalam diri Nabi seperti yang dikatakannya “Aku tidak pernah mengajak orang agar menerima Islam tapi dia menunjukkan penolakan, kecurigaan dan keraguan kecuali Abu Bakar ketika kukatakan padanya tentang Islam dia sama sekali tidak ragu. Masuknya Abu Bakar setidaknya juga berperan dalam dakwah Islam terbukti dengan masuknya beberapa orang atas ajakannya seperti abu Ubaidah bin al-Haris, Abu Salamah bin Abdul Asad, al-Arqam bin al-Arqam, Usman bin Ma’zun, Qudamah bin Ma’zun, Sa’id bin Yazid dan isitrinya (saudara Umar bin Khattab), Asma dan Aisyah[3].
            Meskipun negara Islam pertama adalah Madinah, namun kontribusi kader-kader Makkah tidaklah dapat diabaikan. Hal ini dikarenakan pembentukan pribadi Muslim Makkah yang merupakan cikal bakal tumbuhnya masyarakat Islam tidaklah dapat diabaikan. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa Makkah merupakan benih unggulan sedangkan Madinah merupakan lahan subur yang keduanya mampu menciptakan suatu negara Islam.

A.    MASYARAKAT ISLAM MADINAH
            Dakwah Nabi kepada penduduk Madinah lebih singkat daripada masa dakwah di Makkah yang memakan waktu 10 tahun. Namun demikian, Nabi berhasil memperoleh pengikut yang lumayan banyak. Banyaknya pengikut dari Madinah bisa jadi disebabkan faktor-faktor berikut ini;
  1. Penduduk negeri itu lebih dekat pada agama Samawi karena senantiasa mendengar dari orang-orang Yahudi yang ada disana tentang Allah, wahyu dan hari bangkit, surga dan neraka.
  2. Menurut Ibn Hisyam, bahwa di Yatsrib terus menerus terjadi peperangan antara orang Yahudi dengan Arab. Apabila orang Arab menang maka orang Yahudi berkata, Telah dekat masanya bahwa Nabi yang bertemu dalam kitab kami akan diutus oleh Tuhan apabila ia telah diutus Tuhan kami akan mengikutinya dan kami akan mendapatkan kemenangan atas kamu.
  3. Di Yatsrib terjadi perselisihan antara kaum Aus dan Khazraj. Masing-masing mencari seseorang yang dapat mempersatukan kembali agar menjadi kuat[4].
            Keberhasilan tersebutlah yang memantapkan keputusan Nabi untuk hijrah yang sekaligus mamlu merubah wajah dunia masa itu. Banyaknya pengikut ajaran Nabi merupakan satu-satunya alasan untuk hijrah ke Madinah sehingga diyakini dapat menerapkan ajaran Islam secara utuh. Keputusan hijrah Nabi bisa jadi bukan hanya untuk menghindarkan diri dari banyaknya tekanan yang diperoleh namun juga untuk mencari massa sehingga dapat digunakan untuk mendirikan suatu negara yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai tameng atau sebuah benteng pertahanan. Hijrah Nabi ke Madinah setidaknya membentuk 3 kelompok masyarakat yaitu, (1) Muhajirin, orang yang berpindah dengan membawa agama mereka dari Makkah ke Madinah, (2) kaum Anshar, penduduk Madinah asli yang telah memeluk agama Islam, (3) Yahudi, sisa-sisa Bani Israel dan orang-orang Arab yang memeluk agama Yahudi. Dalam perjalanan selanjutnya, Nabi membentuk suatu ikatan keluarga baru yang didasari oleh agama bukan kesukuan. Untuk merealisasikannya maka Nabi melakukan[5]:

No
Tindakan/Strategi
Maksud
Contoh
1.
Membangun masjid
Mendirikan suatu tempat yang tidak dipunyai oleh kabilah ini atau kabilah lain, tidak hanya tempat untuk bertemunya suatu keluarga tertentu tapi beliau bermaksud membina suatu tempat yang akan dikunjungi oleh seluruh kaum muslimin ketika itu.
Kala itu masjid digunakan sebagai bali pertemuan, baik untuk bercakap-cakap, mendengarkan syair atau membicarakan urusan perekonomian.
2.
Mempersaudarakan di antara kaum muslimin (al-Anfal: 72)
Untuk mengeratkan hubungan antara suku Aus dan Khazraj mendekatkan hubungan antara kabilah-kabilah kaum Muhajirin. Menghilangkan kesepian lantaran meninggalkan kampung halaman dan menghibur karena berpisah dengan keluarga. Persaudaraan ini menghasilkan keluarga Islam yang terdiri dari bermacam-macam kabilah dan unsur.
Nabi Muhammda mengambil Ali ibn Abi Thalib sebagai saudaranya, Hamzah-paman beliau-bersaudara dengan Zaid anak angkat Nabi, Abu Bakar bersaudara dengan Charidjah Ibnu Zuhair, Umar bin Khattab bersaudara dengan Itban Ibnu Malik al-Zhazdraj dan lainnya (al-Imron: 103).
3.
Perjanjian antara Kaum Muslimin dan bukan Muslimin
Memberikan wawasan pada kaum muslimin waktu itu tentang bagaimana cara bekerjasama dengan penganut bermacam-macam agama ketuhanan yang lain yang pada akhirnya menghasilkan kemauan untuk berkerja bersama-sama dalam upaya mempertahankan agama.
Adapun isi perjanjian adalah sebagai berikut: Atas nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, bahwa inilah surat dari Nabi Muhammad tentang perjanjian antara Mukminin dan Muslimin dari suku Quraisy dan antara penduduk Yatsrib beserta pengikut-pengikut yang menggabungkan diri kepada mereka dan berjihad bersama-sama……….
4.
Suri tauladan yang baik
Untuk mensukseskan ke-3 strategi di atas maka dibutuhkan suatu panutan yang harusnya diikuti sehingga tidak salah jalan dan sumber itu adalah Rasulullah sendiri.
Nabi juga bercanda, pergi ke pasar.
5.
Keadilan sosial
Merupakan pondasi dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat. Untuk membentuk masyarakat sehat harus berpondasikan keadilan sosial yang merata.
Hal ini telah tercermin dalam pengaturan harta benda.
6.
Sistem pemerintahan dalam masyarakat
Untuk lebih memantapkan strategi sebelumnya sehingga dalam kehidupan bermasyarakat semakin baik.
Berkaitan dengan persoalan rumah tangga, persoalan kemasyarakatan seperti gotong royong, keadaban Islam seperti mengucap salam dan peraturan tentang pergaulan sejagad seperti peperangan dan lainnya.
7.
Meresapnya jiwa Islam dalam masyarakat baru.
Bukti kecintaan terhadap agama.
Umar bin Khattab dari pemarah menjadi orang yang berbelas kasih.

            Peristiwa hijrah telah menciptakan keberagaman penduduk Madinah. Penduduk Madinah tidak teridiri atas suku Aus, Khazraj, dan Yahudi, tetapi Muhajirin Quraisy dan suku-suku Arab lain yang datang dan hidup bersama mereka di Madinah. Nabi menghadapi realitas pluralitas, karena struktur masyarakat Madinah yang baru dibanngun terdapat keberagaman agama Islam , Yahudi, Kristen , Sabi’in dan Majusi, da nada juga golongan yang tidak bertuhan  [atheis] dan bertuhan banyak [polytheists]. Struktur masyarakat yang pluralistic ini dibangun oleh Nabi di atas fondasi kebebasan menganut dan menjalankan ajaran agama masing-masing.
Klasifikasi masyarakat pada masa itu didasarkan atas keimanan, dan mereka terbagi kedalam bebeberapa kealompok, yaitu: mu’minun, munafiqun, kuffar, mushrikun dan Yahudi, dengan kata lain bahwa masyarakat di Madinah pada saat itu merupakan bagian dari komunitas masyarakat yang majemuk dan plural. Kemajemukan masyarkat Madinah, diawali dengan membanjirnya kaum Muhajirin dan Mekkah ke Madinah mengakibatkan munculny persoalan-persoalan ekonomi dan kemasyarakatan yang harus diantisipasi dengan baik. Maka dalam konteks itu, introduksi sistem persaudaraan menjadi kebutuhan mendesak yang harus diwujudkan. Untuk mengatsi persoalan tersebut, Nabi Muhammad SAW bersama semua unsur penduduk Madinah secara konkret meletakkan dasar-dasar masyarakat Madinah, mengatur kehidupan danmenghubungkan antar komunitas-komunitas yang merupakan komponen-komponen masyarakat yang majemuk di Madinah, menggariskan ketentuan hidup bersama dalam suau dokumen yang dikenal sebagai “Piagam Madinah” yang dianggap sebagai konstitusi tertulis pertama dalam sejarah kemanusiaan. Piagam ini tidak hanya sangat maju pada masanya, tetapi juga menjadi satu-satunya dokumen Islam.
            Dalam dokumen Piagam itulah, dikatakan “umat manusia untuk pertama kalinya diperkenalkan, antara lain,kepada wawasan kebebasan, terutama dibidang agama dan ekonomi, serta tanggung jawab sosial dan politik, khususnya pertahanan secara bersama. Dalam Piagam tersebut juuga menmpatkan hak-hak individu yaitu kebebasan memeluk agama, persatuanan kesatuan, persaudaraan (al-ukhuwah) antar agama, perdamaian dan kedamaian, toleransi, keadilan, tidak membeda-bedakan dan menghargai kemajemukan”. Dengan kemajemukan, Nabi Muhammad mempersatukan mereka berdasarkan tiga unsur, yaitu: “Pertama, mereka hidup dalam wilayah Madinah sebagai tempat untuk hidup bersama dan bekerja bersama. Kedua, mereka bersedia dipersatukan dalam satu ummah untuk mewujudkan kerukunan dan kemaslahatan secara bersama-sama. Ketiga, menerima Muhammad SAW sebagai pemimpin tertinggi dan pemegang otoritas politik yang legal dalam kehidupan mereka dan otoritas ini dilengkapi dengan institusi peraturan Piagam Madinah yang berlaku bagi individu-individu dan kelompok”.
            Dari Piagam Madinah ini, setidaknya ada dua nilai dasar (Ma'ruf, 2012) yang tertuang sebagai dasar atau fundamental dalam mendirikan dan membangun Negara Madinah, yaitu: prinsip kesederajatan dan keadilan serta prinsip inklusivme atau keterbukaan.
  1. Prinsip Kesederajatan dan Keadilan
            Prinsip kesederajatan dan keadilan yang dibangun Nabi, mencakup semua aspek baik politik, ekonomi, maupun hukum. Pertama, aspek politik, Nabi mengakomodasikan seluruh kepentingan, semua rakyat mendaptkan hak yang sama dalam politik, walaupun penduduk Madinah sangat heterogen, baik dalam arti agama, ras, suku dan golongan-golongan. Mereka tidak dibedakan yaitu masing memiliki untuk memeluk agama dan melaksanakan aktivitas dalam bidang sosial ekonomi. Misalnya, suku Quraish yang berpredikat the best dan Islam sebagai agama dominan, tetapi mereka tidak dianak-emaskan. Seluruh lapisan masyarakat duduk sama rendah berdiri sama tinggi dan ideology sukuisme dan nepotisme tidak dikenal Nabi. Kedua, aspek ekonomi, Nabi mengaplikasikan ajaran egaliteranisme, yakni pemerataan saham-saham ekonomi kepada seluruh masyarakat.
            Misi egaliteranisme ini sangat tipikal dalam ajaran Islam. Sebab misi utama yang diemban oleh Nabi bukanlah misi teologis, dalam arti unutuk membabat habis orang-orang yang tidak seideologi dengan Islam, emalinan melainkan untuk membebaskan masyarakat dari cenkraman kaum kapitalis.
  1. Prinsip Inklusivisme
            Prinsip inklusivisme, merupakan prinsip yang dipegang Nabi dalam membangun negara Madinah. Inklusivisme merupakan sikap rendah hati untuk tidak mersa selalu benar, bersedia mendengar pendapat orang lain untuk diambil dan diikuti mana yang baik. Rasulullah SAW merupakan orang yang pertma kali menerima seruan Al-Qur’an. Rasul, sangat peduli dengan dakwah Islamiah dengan kedua aspeknya, yaitu agama dan ilmu pengetahuan. Beliau membangkitkan perhatian untuk melakukan studi dan penelitian.
            Rasulullah SAW mengumpulkan orang-orang yang pandai menulis untuk mencatat ayat-ayat Al-Qur’an  yang ditirnkan kepadanya. Rasulullah SAW menyeru kaum Muslimin untuk belajar menulis dan membaca, agar mereka dapat menulis ayat-ayat Al-Qur’an dan memperlajarinya serta menyebarkannya, sehingga pada perang Badar, ditetapkanlah tebusan sebagian dari tawanan perang yang pandai menulis dan membaca, setiap orang dari mereka cukup mengajar menulis-membaca sehinga pandai, sepuluh anak-anak penduduk Madinah bagi setiap orang dari mereka. Kemudian Rasulullah SAW memrintahkan sahabat-sahabatnya mempelajari bahasa aing [selain bahasa Arab].
            Strategi Nabi di atas tebukti sangat ampuh, terbukti dengan tidak memerlukan waktu lama masyarakat Islam baik Muhajirin maupun Ansor telah mampu mengejawantahkan strategi tersebut dalam berkehidupan sehari-hari. Keberhasilan strategi tersebut tidak lepas dari kepiawaian Nabi dalam melihat kondisi masyarkat sekitarnya yang sangat memerlukan arahan dan tauladan dari pemimpin guna menciptakan keadaan yang lebih baik. Hal ini senada dengan pernyataan Stoddard bahwa keberhasilan dakwah Islam setidaknya dipengaruhi 3 hal yaitu:
  1. The Charactetr Of Arab
  2. The Muhammad’s teaching
  3. The contemporary world
Selain hal di atas faktor penunjang keberhasilan Nabi membentuk ummah di Madinah adalah sebagai berikut[6]:
  1. Ide-ide yang diajarkan Nabi adalah ajaran yang benar sesuai dengan kodrat manusia dan berlaku untuk semua manusia.
  2. Kepribadian dan kepemimpinan beliau.
  3. Partisipasi para sahabat yang rela mengorbankan harta dan nyawa demi agama baru yaitu Islam.
Adapun bukti keberhasilan beliau setidaknya terlihat dari perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah Islam datang seperti di bawah ini:

No
Sebelum Islam
Sesudah Islam
1.
Dari mata pedang
Ke jalan damai
2.
Dari kekuatan
Ke undang-undang
3.
Dari balas dendam
Menggunakan hukum qishash
4.
Dari serba halal
Mengedepankan kesucian
5.
Dari sifat suka merampas
Dipenuhi dengan rasa kepercayaan.
6.
Dari sifat suka mengasingkan diri
Menjadi satu keluarga Islam dan mampu mengalahkan Romawi dan Persia.
7.
Kehidupan kesukuan
Adanya tanggung jawab pribadi.
8.
Dari penyembah berhala
Berpegang pada akidah tauhid.
9.
Memandang rendah wanita
Memuliakan wanita
10.
Tatanan sosial dipengaruhi sistem kasta.
Mengedepankan persamaan.[7]


[1] Ibid. 15
[2] Ibid. hlm. 16
[3] Ibid. hlm. 17
[4] Ibid. hlm. 18
[5] Ibid. hlm. 19
[6] Ibid. hlm. 20-22
[7] Ibid. hlm. 23



[1] Ibid. hlm. 30-31
[2] Istianah Abu Bakar, Opcit,  hlm. 14


[1] Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2010) hlm. 13
[2] Philip K. Hitti, Sejarah Ringkas Dunia Arab, (Yogyakarta: Penerbit Iqra, 2006). Hlm.29

Comments

Popular posts from this blog

Ilmu Komunikasi Islam

                                      Bab 2 SUMBER ILMU KOMUNIKASI ISLAM                                       sumber ilustrasi : Rubik - Okezone A.     PENDAHULUAN             Sebagai sebuah ilmu, komunikasi Islam memiliki sumber utama yang sangat potensial untuk digali, yaitu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Meskipun tidak terkumpul dalam satu tempat, tetapi bahan baku ilmu komunikasi Islam yang terdapat dibanyak tempat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sangat memungkinkan untuk memformat ilmu komunikasi Islam secara sistematis, sehingga menjadi ilmu yang mudah dimanfaatkan oleh akademisi dan masyarakat secara umum.             Selain Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan ilmu-ilmu pendukung untuk memahaminya, kitab-kitab para ulama baik yang lama maupun kontemporer juga banyak yang bisa menjadi bahan baku yang bisa diolah untuk membangun ilmu komunikasi Islam.             Sumber lain yang tidak kalah pentingnya dalam memformat ilmu komunikasi Islam adalah ilmu komunikasii y

FAKTOR MANUSIA DALAM HUMAN RELATIONS

FAKTOR MANUSIA DALAM HUMAN RELATIONS        Selamat datang di blog saya. Kali ini saya akan memberikan informasi yang mudah-mudahan bisa membantu para pembaca dalam menambah referensi dan wawasan. ohh iyaa... jangan lupa bagi temen-temen yang ingin tulisan ini atau tulisan yang lainnya, inbox aja lewat email hikmah yah... ok langsung cek aja                                      sumber gambar: Ilmu Psikologi          Titik sentral human relations adalah manusia. dan titik sentral human relations dalam organisasi kekaryaan adalah karyawan. Manusia karyawan ini harus ditinjau dari segi manusiawinya. Untuk mempraktekkan human relations, seorang pemimpin perlu sedikit banyak mempelajari sifat tabeat manusia karyawan tadi. Meskipun tidak secara mendalam, pemimpin oraganisasi perlu memahami mengapa para karyawan satu sama lainnya berbeda dalam tabeat dan tingkah-lakunya; dan perlu mengetahui bagaimana tingkah laku mereka dalam hidup berkelompok dan bermasyarakat.               Bahwa m

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI ANDALUSIA

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI ANDALUSIA                           Asbania atau Iberia yang saat ini dikenal dengan kerajaan Spanyol, semula berasal dari wilayah kekuasaan bangsa Vandal, yang kemudian oleh bangsa Arab disebut Andalusia. Andalusia pada abad ke-2 sampai dengan abad ke-5 M menjadi wilayah Kekaisaran Romawi, tetapi kemudian di taklukan oleh bangsa Vandal pada abad ke-5 M. Selanjutnya datanglah bangsa Vandal sampai ke Afrika.             Pada awalnya kerajaan bangsa Gothia ini kuat sekali, namun kemudian timbul perpecahan dikalangan bangsa itu hingga pada akhirnya kejayaan kerajaan itu memudar dan mengalami kemunduran. Setelah Raja Gothia meninggal pada tahun 710 M, dia digantikan oleh Roderick. Seorang penguasa zalim yang tidak disukai bahkan oleh rakyatnya sendiri. Sehingga para puteri Witiza bekerja sama dengan Graff Yulian yang sama-sama memusuhi Roderick meminta bantuan kepada Musa bin Nushair, gubernur Mu’awiyah di Afrika untuk membebaskan mereka dari tangan Roderick.