Sejarah Peradaban Islam, Mengenal Sosok Utsman bin Affan Skip to main content

my blog activity 4 February 2025

Mata ini perlahan mulai membuka, aku mulai bangun. Aku berjalan menuju ruang tamu. Jarum jam membentuk angka 05.30 pagi, diawali cuaca dingin disertai hujan. Hari-hari yg biasa di mulai dengan jalan pagi dan membaca buku, terpaksa jalan pagi di tunda menjadi work out. 06.30 aku baru selesai workout. Terasa banget lelah nya guys. "Pasti air sungai nya dingin banget" gumam ku. Benar saja air nya dingin, dan aku bergegas menyelesaikan mandi ku. Tak lama, perut terasa mules sehingga aku harus ke kamar mandi. Sudah pukul 06.30, "ah gimanaa ini, mana belum selesai siap-siap". Aku bergegas untuk body care dan skincare. Nggak sempat sarapan, sebagai gantinya aku bawa kue bolu ukuran besar dan tak ketinggalan vitamin harian ku ku bawa. Sesampai kantor, aku bergegas makan kue dan minum vitamin ku dan langsung ke aktivitas sehari-hari ku di kantor.

Sejarah Peradaban Islam, Mengenal Sosok Utsman bin Affan



UTSMAN BIN AFFAN


                              sumber gambar: Wanita Salihah
PENDAHULUAN
            Ketika khalifah Umar ra menderita sakit keras, ia pun menunjuk di adakan musyawarah untuk memilih khalifah penggantinya kelak sepeninggalnya. Dewan terdiri dari Ali ibn Abi Thalib, Utsman bin affan, Sa’ad bin Abi Waqas, Talhah, Zubair ibn Awwam dan Abdurahman ibn Auf. Sahabat-sahabat yang ada dalam dewan musyawarah tersebut, posisi satu dengan yang lainnya seimbang tidak satu yang lebih meninjol dari yang lainnya. Sehingga cukup sulit untuk menetapkan salah seorang dia antara mereka sebagai pengganti khalifah Umar ra.
            Pada saat musyawarah, banyak yang menghendaki Utsman bin Affan sebagai khalifah. Akhirnya beliau dipilih melalui suara terbanyak. Beliau dikenal sebagai seorang yang dermawan, bahkan ia menyumbangkan hartanya pada waktu Rasulullah masih hidup untuk berdakwah. Sejak kecil ia dikenal sebagai anak yang jujur dan cerdas.
            Pada saat pemerintahan, banyak hasutan yang dilakukan untuk menjatuhkan kepemimpinan Utsman. Namun, yang perlu dibahas ialah bagaimana ia menerapkan kebijakan setelaha Umar bin Kattab meninggal? Serta prestasi apa saja yang telah diraih pada masa kepemimpinan Utsman bin Affan? Itulah yang nantinya akan dibahas dalam tulisan ini.

PEMBAHASAN 

KEHIDUPAN AWAL
            Utsman bin Affan dilahirkan pada tahun 573 M, pada sebuah keluarga suku Quraisy dari bani Umayyah. Moyangnya bersatu dengan nasab nabi pada generasi kelima. Sebelum masuk islam ia dipanggil dengan sebutan Abu Amar ia bergelar Dzu al-Nuraini, karena ia menikahi dua putri Rasulullah saw. Ayahnya bernama Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah dan ibunya bernama Arwa binti Kuraiz. Abu Sofyang yang merupakan musuh kejam islam, sebelum masuk ke dalam islam merupakan kerabat dekatnya, ia adalah sahabat nabi yang pandai membaca dan menulis dan semenjak kecil dikenal cerdas dan jujur.
            Ketika pertama kali Rasulullah menyerukan manusia masuk islam, ia saat itu berusia 34 tahun. Pada suatu malam ia bermimpi, seseorang memanggil dirinya “bangunlah”, engkau tiduran saja sedang Ahmad sibuk berdakwah. Setelah bangun dari tidurnya, jiwanya tersebut penuh dengan ketuhanan. Maka ia segera menemui nabi dan menyatakan masuk islam. Pamannya yang bernama Hakam ketika mendengar keislamannya, segera memarahi, bahkan sampai mencambuknya berkali-kali, tapi Utsman tetap pada keyakinannya[1].
            Ia adalah khalifah ketiga yang memerintah dari 644 (umur 69-70 tahun) hingga 656 (selama 11-12 tahun). Selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki sifat yang sangat pemalu. Utsman  bin affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam khulafaur rasyidin. Ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak umat islam di awal dakwah islam. Ia mendapat julukan Dzunnu rain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi putri kedua dan ketiga dari Rasulullah SAW yaitu Ruqayah dan Ummu Kalsum.
            Selama masa jabatannya, Utsman banyak menggantikan guberneur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikannya dengan orang-orang yang lebih kredible. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah.
            Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramdhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi dua kali ultimatum oleh pemberontak, yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35 H ketika para pemberontkan berhasil memasuki rumahnya dan dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Qur’an. Persis seperti apa yang disampaikan Rasulullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. Peristiwa pembunuhan Utsman berawal dari pengepungan rumah Usman oleh para pemberontak selama 40 hari. Usman wafat pada hari jum’at 18 Dzulhijah 35 H. ia kemudian dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah[2].

PENGANGKATAN MENJADI KHALIFAH
            Ketika khalifah Umar ra menderita sakit keras, ia pun menunjuk di adakan musyawarah untuk memilih khalifah penggantinya kelak sepeninggalnya. Dewan terdiri dari Ali ibn Abi Thalib, Utsman bin affan, Sa’ad bin Abi Waqas, Talhah, Zubair ibn Awwam dan Abdurahman ibn Auf. Sahabat-sahabat yang ada dalam dewan musyawarah tersebut, posisi satu dengan yang lainnya seimbang tidak satu yang lebih meninjol dari yang lainnya. Sehingga cukup sulit untuk menetapkan salah seorang dia antara mereka sebagai pengganti khalifah Umar ra.
            Khalifah Umar pada masa sebelumnya menghendaki Abu Ubaidah ibn Jarrah sebagai penggantinya, tetapi ia telah terlebih dahulu meninggal dunia. kemungkinan pilihan pada awalnya jatuh kepada Abdurrahman bin Auf, namun ia dengan tegas menyatakan tidak sanggup memikul tanggung jawab yang sangat besar ini. Diantara kelima calon tersebut hanya Talhah yang sedang tidak berada di Medinah, setelah Umar ra meninggal. Abdurrahman memimpin jalannya musyawarah. Dalam musyawarah terjadi dukung mendukung, Sa’ad mendukung Utsman, Zubair mendukung Utsman Ali sekaligus. Semua mayoritas mendukung Utsman. Ketika Talhah tiba di Medinah, Utsman bin Affan memintanya untuk menduduki jabatan khalifah, namun ia menolaknya bahkan ia menyampaikan bai’atnya kepada Utsman bin Affan. Utsman bin Affan terpilih sebagai khalifah ketiga dengan suara mayoritas[3].
PERLUASAN WILAYAH DAN PEMBANGUNAN ANGKATAN LAUT
            Pemerintahan khalifah Utsman bin Affan adalah masa pemerintahan yang terpanjang dari semua khalifah di zaman khulafaur rasyidin, yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses baginya. Para pencatat sejarah membagi zaman pemerintahan Utsman menjadi dua periode, ialah 6 tahunn pertama merupakan masa pemerintahan yang baik, dan 6 tahun terakhir merupakan masa pemerintahan yang buru (Munawir Sjadzali, 1991: 25-27).
            Selama pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses para pendahulunya, terutama dlam perluasan wilayah kekuasaan Islam. Daerah-daerah strategi yang sudah dikuasai seperti Mesir dan Irak terus dilindungi dan dikembangkan dengan melakukan serangkaian ekspedisi militer yang terencanakan secara tepat dan simultan di semua front. Di Mesir, pasukan muslim diintruksikan untuk memasuki Afrika Utara. Salah satu pertempuran penting disini ialah “Zatis Sawari’ (peperangan Tiang Kapal) yang terjadi di Laut Tengah dekat kota Iskandariyah antara Romawi dibawah pimpinan Kaisar Contantine dengan lascar Muslim pimpinan Abdullah bin Abi Sarah. Dinamakan perang kapal karena banyaknya kapal-kapal perang yang terlibat. Konon terdapat 1000 buah kapal, yang 200 kapal kepunyaan kaum Muslimin, sedangkan sisanya milik bangsa Romawi. Tentara islam berhasil mengusir musuh-musuhya. Tentara muslim bergerak dari kota Basrah untuk menaklukan sisa wilayah kerajaan Sasan di Irak, dan kota Kufah, gelombang kaum muslimin menyerbu beberapa propinsi di sekitar Laut Kaspia.
            Karya besar Utsman, selain sukses dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam hingga terbentang dari Maroko sampai Kabul dan berhasil membangun armada angkatan laut yang tangguh adalah memperembahkan kepada umat islam ialah susunan kitab suci al-Qur’an. Penyusunan al-Qur’an dimaksudkan untuk mengakhiri perbedaan-perbedaan serius dalam bacaan al-Qur’an, dikisahkan selama pengiriman ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbijan perselisihan tentang bacaan al-Qur’an muncul di kalangan tentara muslim, yang sebagian direkrut dari Suriah dan sebagian lagi dari Irak. Ketua dewan penyusunan al-Qur’an ialah Zaid ibn Sabit, yang mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur’an antara lain dari Hafisah, salah seorang isteri Nabi aw. Kemudian dewan ini membuat beberapa salinan naskah al-Qur’an untuk dikirim ke wilayah-wilayah gubernur sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya (W. Montgomery, 1991:187) dalam buku (Rianawati, 2016)[4].
KEBIJAKAN MASA KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
            Setelah melewati saat-saat gemilang, pada paruh terakhir masa kekuasaannya, khalifah Utsman menghadapi berbagai pemberontakan dan pembangkangan di dalam negeri yang dilakukan oleh orang-orang yang kecewa terhadap tabiat khalifah dan beberapa kebijaksanaan pemerintahnya, tetapi sebenarnya kekacauan itu sudah dimulai sejak pertama tokoh ini dipilih menjadi khalifah. Utsman terpilih menjadi kerena sebagai calon konservatif, ia adalah orang yang baik dan shaleh. Namun dalam banyak hal kurang menguntungkan, karena Utsman terlalu terikat dengan kepentingan-kepentingan orang Mekah, khususnya kaum Quraisy dari pihak Umaiyah. Kemenangan Utsman sekaligus adalah suatu kesempatan yang baik bagi sanak saudaranya dari keluarga besar Bani Umaiyah. Oleh karena khalifah Utsman berada dalam pengaruh dominasi seperti itu, maka satu per satu kedudukan tinggi kekhalifahan diduduki oleh anggota-anggota keluarganya.
            Tuduhan yang paling utama atas khalifah Utsman adalah mengenai pengangkatan kerabat dan keluarganya dalam pemerintahannya yang dianggap sebagai tindakan nepotismen dan juga pemecatan terhadap sejumlah gubernur yang cakap. Muawiyah bin Abi Sofyan. Gubernur Syiria adalah kerabat dekat khalifah Utsman. Ia pertama kali menjabat gubernur oleh pengangkatan khalifah Umar dan tetap di pertahankan posisinya pada masa khalifah Utsman. Ia telah mengangkat al-Walid bin Uqbah sebagai penguasa Kufah menggantikan Sa’ad bin Abi Waqqas, sekalipun ketika dalam sakitnya khalifah Umar menyampaikan pesannya agar Sa’ad tetap menjabat sebagai gubernur di daerahnya.
            Utsman tetap mempertahankan posisi Sa’ad sesuai dengan pesan khalifah Umar, namun ketika terjadi perelisihan antara Sa’ad dan Ibnu Mas’ud, pejabat keuangan di Kufah. Utsman melepaskan jabatan Sa’ad dan mengangkat Walid bin Uqbah menggantikannya, bahwa Walid bin Uqbah adalah keluarga terdekat khalifah Utsman.
            Kemudian khalifah mengangkat Sa’ad bin ‘Ash sebagai gubernur Kufah menggantikan Walid, tetapi ketika kepemimpinannya tidak membawa kemajuan ia pun lalu digantikan oleh Abu Musa al-Asy’ary pada tahun 654 M, sekalipun ia tidak ada hubungan darah dengan khalifah Utsman. Kegaduha dan protes terbesar saat ituterjadi ketika Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarah menggantikan kedudukan gubernur Mesir, Amru bin Ash bahwa Abdullah bin Sa’ad  bin Abi Sarah adalah saudara sepupu Utsman namun pengangkatannya itu karena jasa dan pengabdiannya yang besar terhadap islam. Kemenangan melawan Romawi di Afrika juga keberhasilannya mendirikan angkatan laut yang menunjukkan kecakapan dan kecerdasan sehingga ia pantas menerima penghargaan  jabatan gubernur.
            Beberapa data di atas terebut, penulis anggap cukup menjelaskan bahwa seandainya benar siapa yang dituduhkan kepada khalifah Utsman bahwa ia adalah seorang nepotisme, niscaya ia akan menutup mata dan telingan atas ketidak cakapan kerabatnya. Kenyataannya khalifah Utsman tidak hanya memecat kerabatnya yang tidak mampu menjalankan tugasnya, tetapi juga mematuhi hukuman terhadap kerabatnya yang melanggar aturan syari’at agama  islam sebagaimana mestinya.
Pembebas tugasan para pejabat dan gubernur yang sudah tua digantikan dengan generasi yang lebih muda terbukti adanya, namun tindakan itu diputuskan oleh khalifah bukan tanpa alasan yang tidak masuk akal, akan tetapi khlifah Utsman menempuh sikap demikian itu demi kepentingan dan kemajuan islam. Sebagaimana khalifah Umar bin Khattab telah membebas tugaskan Kholid bin Walid, Mughimb dan Sa’ad bin Abi Waqqas, namun kebanyakan orang sampai sekarang kurang memberikan kebijaksanaan khalifah Utsman tersebut.
            Selanjutnya khalifah Utsman dituduh penguasa yang boros dan banyak korupsi uang negara untuk diberikan kepada kerabatnya. Tuduhan seperti itu juga tidak beralasan dan sungguh-sungguh palsu. Khlifah Utsman pada awalnya adalah orang yang terkenal kaya raya dan mempunyai harta yang banyak, ia seorang pengusaha yang terkaya di Arabia, karenanya ia sering disebut dengan Al-Gham (jutawan). Pada masa Nabi, khalifah Utsman menyumbangkan hartanya dalam jumlah yang besar. Seluruh hartanya disumbangkan demi kepentingan dan perjuangan islam, sehingga tidak tersisisa, kecuali dua ekor unta yang digunakannya sebagai kendaraan untuk melaksanakan haji.
            Berikut ini adalah kutipan perkataan khalifah Utsman menjawab tuduhan tersebut sebagaimana diriwayatkan Thabari “Pada saat pemerintah dipertanyakan kepadaku, aku adalah pemilik harta yang kaya, sekarang ini saya tidak memiliki apa-apa kecuali dua ekor unta sebagai kendaraan haji, sekalipun demikian saya dituduh telah meng-anak emaskan kerabat saya, hingga mereka menjadi kaya raya, sekalipun benar aku mencintai mereka, namun sekalipun aku tidak pernah membiarkan mereka mengambil hak-hak orang lain. Aku memungut kewajiban pajak atas mereka. Jika aku benar aku sangat mencintai mereka, maka apapun yang aku berikan kepadanya adalah semata-semata berasal dari harta milikku sendiri. Dalam hal harta negara (Baitul Mal), prinsip bagiku berpantangan mengambilnya demi kepentingan diriku maupun untuk kepentingan keluarga.
            Berdasarkan kutipan pernyataan khalifah Utsman di atas, jelaslah bahwa khalifah Utsman tidak mengambil apapun dari Baitul Mal untuk kepentingan pribadinya atau kerabat dekatnya selain untuk kepentingan umat islam. Ketika tuduhan-tuduhan tersebut tersebar luas, khalifah menyampaikan pengumuman agar masyarakat datang ke Madinah pada musim haji itu, pejabat, pemerintah juga para gubernur hadir, tapi tak seorangpun yang menyampaikan kepada khalifah. Dari hal ini dapat pula diketahui bahwa tuduhan yang dilontarkan pada khalifah Utsman hanyalah merupakan hasutan belaka yang tidak sesuai dengan kenyataan. Kemudian khalifah membentuk sebuah wadah dewan gubernur untuk memikirkan bagaimana cara mengatasi hasutan tersebut, dengan kesepakatan bulat dewan itu memutuskan agar khalifah menindak tegas para penghasut, namun khalifah tidak mengabulkan keputusan tersebut. khalifah tidak menghendaki terjadi pembunuhan terhadap banyak orang semata-mata karena penghasutan yang berkaitan kepada dirinya. Sekalipun sifat dan tingkah laku yang ini ada pada dirinya, namun masyarakat masih salah paham terhadap diri dan tindak tunduk sang khalifah[5].
            Usman bin Affan dipilih menjadi khalifah ketiga oleh keenam sahabat Nabi. Ia adalah sosok yang lebih lemah dibandingkan pendahulunya, namun selama enam tahun pertama pemerintahannya, ummah terus mencapai kemakmuran. Usman memerintah dengan baik dan umat islam kembali menaklukan wilayah baru. Mereka merebut Cyprus dari tangan Byzantium, sehingga akhirnya mengusir mereka dari Mediterania Barat, dan Afrika Utara para tentara menjadi Tripoli di tempat yang sekarang menjadi Libya. Di Timur, tentara Muslim menundukkan Armenia, Kaukasus, dan menegakkan hukum Islam sampai sungai Oxus di Iran, Herat di Afghanistan, dan Sind di anak benua India.
            Akan tetapi (Karen Armstrong, 2002), walaupun mendapat berbagai kemenangan tersebut, para tentara menjadi tidak puas. Mereka telah mengalami perubahan besar-besaran. Selama lebih dari sepuluh tahun mereka telah menukar kebiasaan nomaden yang keras dengan gaya hidup serdadu professional yang amat berbeda. Mereka menghabiskan waktu untuk berperabf di musim panas maupun musim dingin, jauh dari jumlah kota-kota garnisum. Jarak menjadi begitu jauh sehingga perjuangan yang dilakukan menjadi lebih melelahkan, dan mereka mendapatkan harta rampasan lebih sedikit daripada sebelumnya. Usman masih menolak untuk mengizinkan para komandan dan keluarga terkaya di Mekah untuk membangun tempat tinggal pribadi di negara-negara seperti Irak, dan ini membuatnya tidak populer, terutama di Kufah dan Fustat. Usman juga mengucilkan kalangan muslim Madinah dengan memberikan pos-pos paling bergengsi kepada anggota klan Umayyah-nya sendiri. Mereka menuduhnya melakukan nepotisme, walaupun banyak para pejabat Umayyah adalah orang-orang dengan kemampuan yang hebat.
            Pada tahun 656 M, ketidakpuasan tersebut mencapi puncaknya dalam pemberontakan. Sekelompok tentara Arab dari Fustat kembali ke Madinah lalu menuntut hak mereka, dan saat mereka tidak memperoleh apa yang diinginkan, mereka menyerang rumah Usman yang sederhana, memaksa masuk, kemudian membunuhnya. Para pemberontak itu kemudian mengangkat Ali sebagai khalifah baru[6].
            (Philip K. Hitti, 2006)Usman memerintah selama dua belas tahun dan mati terbunuh oleh kaum muslim pada suatu pemberontakan. Ali (656-661), pengganti Usman, diakui oleh hampir seluruh dunia islam, namun demikian tidak berapa lama kemudian timbul suatu partai yang menentang dirinya. Sejak ini kesulitan dalam soal penggantian khalifah dan berbagai perselisihan dimulailah. Lima tahun kemudian Ali mati terbunuh dengan sebilah pedang beracun[7].


KESIMPULAN
            Utsman bin Affan dilahirkan pada tahun 573 M, pada sebuah keluarga suku Quraisy dari bani Umayyah. Moyangnya bersatu dengan nasab nabi pada generasi kelima. Sebelum masuk islam ia dipanggil dengan sebutan Abu Amar ia bergelar Dzu al-Nuraini, karena ia menikahi dua putri Rasulullah saw. Ayahnya bernama Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah dan ibunya bernama Arwa binti Kuraiz. Abu Sofyang yang merupakan musuh kejam islam, sebelum masuk ke dalam islam merupakan kerabat dekatnya, ia adalah sahabat nabi yang pandai membaca dan menulis dan semenjak kecil dikenal cerdas dan jujur.
            Dalam pengangkatannya sebagai khalifah, Utsman dipilih melalui dewan yang dibentuk oleh Umar bin Kattab yang beranggotakan 6 orang sahabat nabi, sebelum akhirnya Umar meninggal dunia. Utsman menjabat selama 12 tahun dan merupakan khalifah yang menjabat paling lama diantara khulafaur rasyidin lainnya. Selama 6 tahun awal kepemimpinan, banyak prestasi gemilang yang diraihnya. Pretasi tersebut ialah beliau dapat menaklukan wilayah hingga Afrika Utara serta berhasil menyelesaikan pembukuan al-Qur’an untuk pertama kalinya.
            Kebijakan yang dilakukan oleh Utsman bin Affan ketika itu ialah banyak gubernur yang diturunkan, kemudian digantikan oleh pejabata yang kredibel. Hal ini merupakan salah satu kebijakan yang tidak disukai oleh masyarakat pada waktu itu. Bahkan dalam pemerintahan di dalamnya terdapat adanya tindakan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Ketidakpuasan tersebut mencapi puncaknya dalam pemberontakan. Sekelompok tentara Arab dari Fustat kembali ke Madinah lalu menuntut hak mereka, dan saat mereka tidak memperoleh apa yang diinginkan, mereka menyerang rumah Usman yang sederhana, memaksa masuk, kemudian membunuhnya.


DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Karen. 2002. Islam Sejarah Singkat. Yogyakarta: Penerbit Jendela.
K. Hitti, Philip. 2006. Sejarah Ringkas Dunia Arab. Yogyakarta: Penerbit Iqra.
Ma’ruf. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Pontianak: STAIN Pontianak Press.
Rianawati. Sejarah Peradaban Islam. Pontianak: STAIN Pontianak Press.


[1] Rianawati, Sejarah Peradaban Islam, (Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2016) hlm. 99-100
[2] Ma’ruf, Sejarah Peradaban Islam, (Pontianak: STAIN Pontianak Press).  hlm. 116-120
[3] Ibid. hlm. 125-126
[4] Rianawati, Sejarah Peradaban Islam, (Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2016) hlm. 101-102
[5] Ma’ruf, Opcit hlm. 127-132
[6] Karen Armstrong, Islam Sejarah Singkat, (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2002), hlm. 39-41
[7] Philip K. Hitti, Sejarah Ringkas Dunia Arab (Yogyakarta: Penerbit Iqra, 2006), hlm. 71

Comments

Popular posts from this blog

Ilmu Komunikasi Islam

                                      Bab 2 SUMBER ILMU KOMUNIKASI ISLAM                                       sumber ilustrasi : Rubik - Okezone A.     PENDAHULUAN             Sebagai sebuah ilmu, komunikasi Islam memiliki sumber utama yang sangat potensial untuk digali, yaitu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Meskipun tidak terkumpul dalam satu tempat, tetapi bahan baku ilmu komunikasi Islam yang terdapat dibanyak tempat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sangat memungkinkan untuk memformat ilmu komunikasi Islam secara sistematis, sehingga menjadi ilmu yang mudah dimanfaatkan oleh akademisi dan masyarakat secara umum.             Selain Al-Qur’an dan As-Sunnah den...

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI ANDALUSIA

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI ANDALUSIA                           Asbania atau Iberia yang saat ini dikenal dengan kerajaan Spanyol, semula berasal dari wilayah kekuasaan bangsa Vandal, yang kemudian oleh bangsa Arab disebut Andalusia. Andalusia pada abad ke-2 sampai dengan abad ke-5 M menjadi wilayah Kekaisaran Romawi, tetapi kemudian di taklukan oleh bangsa Vandal pada abad ke-5 M. Selanjutnya datanglah bangsa Vandal sampai ke Afrika.             Pada awalnya kerajaan bangsa Gothia ini kuat sekali, namun kemudian timbul perpecahan dikalangan bangsa itu hingga pada akhirnya kejayaan kerajaan itu memudar dan mengalami kemunduran. Setelah Raja Gothia meninggal pada tahun 710 M, dia digantikan oleh Roderick. Seorang penguasa zalim yang tidak disukai bahkan oleh rakyatnya sendiri. Sehingga para puteri Witiza bekerja sama dengan Graff Yulian yang sama-...

FAKTOR MANUSIA DALAM HUMAN RELATIONS

FAKTOR MANUSIA DALAM HUMAN RELATIONS        Selamat datang di blog saya. Kali ini saya akan memberikan informasi yang mudah-mudahan bisa membantu para pembaca dalam menambah referensi dan wawasan. ohh iyaa... jangan lupa bagi temen-temen yang ingin tulisan ini atau tulisan yang lainnya, inbox aja lewat email hikmah yah... ok langsung cek aja                                      sumber gambar: Ilmu Psikologi          Titik sentral human relations adalah manusia. dan titik sentral human relations dalam organisasi kekaryaan adalah karyawan. Manusia karyawan ini harus ditinjau dari segi manusiawinya. Untuk mempraktekkan human relations, seorang pemimpin perlu sedikit banyak mempelajari sifat tabeat manusia karyawan tadi. Meskipun tidak secara mend...