Sebagai suatu aktivitas sosial, public relations muncul sejak adanya manusia di bumi ini. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia harus berinterkasi dengan sesamanya. Mereka saling bertukar barang (barter), kerja sama untuk bertahan hidup maupun menjalin relasi untuk reproduksi. Semuanya memerlukan kemampuan komunikasi untuk bernegosiasi. Inilah bentuk sederhana dari aktivitas public relations. Dengan kata lain, aktivitas public relations sebenarnya selalu dilakukan manusia sehingga selalu hadir dalam kehidupan. Sifat selalu hadir ini yang disebut Suzane Hosley (2009) sebagai “ubiquitous nature of Public Relations”. “Prinsip-prinsip public relations telah diketahui, dipelajari, dan dipraktikkan sejak berabad-abad lamanya”. (Leahigh, 1993: 24). “public relations sama tuanya dengan peradaban, karena semua aktivitas nya adalah upaya untuk memersuasi. Banyak taktik persuasi yang digunakan sekarang telah digunakan oleh pemimpin masyarakat selama ribuan tahun “
USES AND GRATIFICATIONS
THEORY
Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah
orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori uses and gratifications
(Kegunaan dan kepuasan) ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses
on Mass Communications: Current Perspectives on grativication research. Theory
uses and gratifications milik Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa penggunaan
media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut.
dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses
komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik
di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratifications
mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternative untuk memuaskan
kebutuhannya. Artinya, teori The uses gratifications mengasumsikan bahwa
pengguna mempunyai alternative untuk memuaskan kebutuhannya.
Sebagian
besar riset dalam wilayah teori penggunaan dan kepuasan berupaya meneliti apa
yang terjadi di balik penggunaan media oleh audien. Dengan kata lain, peneliti
mencari tahu mengapa orang menonton program televisi tertentu atau mengapa
mereka terpengaruh oleh iklan tertentu dan bukan oleh iklan lainnya. Teori ini
tidak memberikan perhatian pada efek langsung media terhadap audien, tetapi
memfokuskan perhatian pada motivasi dan perilaku audien terhadap media atau
bagaimana dan mengapa mereka menggunakan atau mengonsumsi media. Singkatnya,
teori ini berupaya menjelaskan, what do people do with media? (Klaper, 1963:
Rubin, 1994).
Teori
penggunaan dan kepuasan memfokuskan perhatian pada audien sebagai konsumen
media massa dan bukan pada pesan yang disampaikan. Teori ini menilai bahwa
audien dalam menggunakan media brorientasi pada tujuan, bersifat aktif
sekaligus diskriminatif. Aduien dinilai mengetahui kebutuhan mereka dan
mengetahui serta bertanggunga jawab terhadap pilihan media yang dapat memenuhi
kebutuhan mereka tersebut. Dalam perkembangannya, teori ini menghasilkan
teori-teori laian, namun teori ini juga dikembangkan dari teori yang sudah ada
sebelumnya. Pada bagian ini, kita akan meninjau gagasan asli dari teori uses
and gratifications dan teori-teori lainnya sebagai pengembangan teori tersebut
serta bagaimana implikasinya terhadap perkembangan studi mengenai media massa
hingga saat ini.
A.
Asumsi Dasar
Teori penggunaan dan kepuasan menjelaskan mengenai kapan dan bagaimana
audien sebagai konsumen media menjadi lebih aktif atau kurang aktif dalam
menggunakan media dan akbat atau konsekuensi dari penggunaan media itu. Dalam
hal ini, terdapat sejumlah asumsi dasar yang menjadi inti gagasan teori
penggunaan dan kepuasan sebagaimana dikemukakan Katz, Blumer, dan Gurevitch
(1974), yang mengembangkan teori ini. Mereka menyatakan lima asumsi dasar
teori penggunaan dan kepuasan, yang akan dirinci berikut ini.
1.
Audien Aktif
dan Berorientasi pada Tujuan Ketika Menggunakan Media
Dalam
perspektif teori penggunaan dan kepuasan, audien dipandang sebagai partisipan
yang aktif dalam proses komunikasi, namun tingkat keaktifan setiap individu
tidaklah sama. Dengan kata lain, tingkat keaktifan audien merupakan variabel.
Perilaku komunikasi audien mengacu pada target dan tujuan yang ingin dicapai
serta berdasarkan motivasi, tujuan dan kebutuhan personal mereka.
Audien
memiliki sejumlah alsan dan berusaha mencapai tujuan tertentu ketika
menggunakan media. McQuail dan rekan (1972) mengemukakan empat alasan mengapa
audien menggunakan media.
a.
Pengalihan
(diversion); yaitu melarikan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari.
Meeka sudah lelah bekrja seharian membutuhkan media sebagai pengalih perhatian
dari rutinitas.
b.
Hubungan
personal; hal ini terjadi ketika orang menggunakan media sebagai pengganti
teman.
c.
Identitas
personal; sebagai cara untuk memperkuat nilain-nilai individu. Misalnya, banyak
pelajar yang merasa lebih bisa belajar jika ditemani alunan musik dari radio.
d.
Pengwasan
(Survaillance); yaitu informasi mengenai bagaimana media membantu invdividu
mencapai sesuatu. Misal, orang menonton program siaran agama di televisi untuk
membantunya memahami agamanya secara lebih baik.
2.
Inisiatif
untuk Mendapatkan Kepuasan Media Ditentukan Audien
Asumsi kedua
ini berhubungan dengan kebutuhan terhadap kepuasan yang dihubungkan dengan
pilihan media tertentu yang ditentukan oleh audien sendiri. Karena sifatnya
aktif, maka audien mengambil inisiatif. Kita memilih menonton program komedi di
televisi karena kita menyukai acara yang dapat membuat kita tertawa atau
menonton program berita karena kita ingin mendapatkan informasi. Tidak
seorangpun dapat menentukan apa yang kita inginkan terhadap isi media. Jadi,
orang bisa saja mendapatkan hiburan dari program berita atau sebaliknya,
mendapatkan informasi dari program komedi. Dengan demikian, audien memiliki
wewenang penuh dalam proses komunikasi massa.
S. Finn (1992)
menyatakan bahwa motif seseorang menggunakan media dapat dikelompokkan ke dalam
dua kategori, yaitu proaktif dan pasif. Contoh penggunaan media secara proaktif
adlah menonton program TV tertentu untuk mendapatkan informasi lebih banyak
mengenai suatu masalah atau topik tertentu, atau menonton film tertentu guna
mendapatkan hiburan atau menggunakan internet untuk mendatkan informasi dalam
membantu menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau kuliah, dan sebagainya. Dengan
kata lain, penggunaan media saecara aktif mencari informasi dari media
berdasarkan atas kehendak, kebutuhan dan motif yang dimilkinya.
Contoh
penggunaan media secara pasif adalah menghidupkan televisi hanya sekedar untuk
melihat-lihat saja. Audien tidak secara aktif mencari informasi, hiburan atau
sesuatu yang khusus, namun dengan cara ini tidak secara aktif mencari informasi,
hiburan atau sesuatu yang khusus, namun dengan cara ini tidak berarti kita
tidak terhibur atau tidak mendapatkan informasi atau pelajaran dari apa yang
kita saksikan atau dengar dari media yang kita gunakan. Penggunaan media secara
pasif hanya menjelaskan bahwa kita tidak memulai pengalaman menonton dengan
motif tertentu yang ada dalam pikiran kita.
3.
Media Bersaing
dengan Sumber Kepuasan Lain
Media dan
audien tidak berada dalam ruang hampa yang tidak menerima pengaruh apa-apa.
Keduanya menjadi bagaian dari masyarakat yang lebih luas, dan hubungan antara
media dan audien dipengaruhi oleh masyarakat. Media bersaing dengan
bentuk-bentuk komunikasi lainnya dalam hal pilihan, perhatian dan penggunaan
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan seseorang. Misalnya, diawal hubungan
yang romantis, banyak pasangan memilih menonton bioskop daripada menonton
televisi di rumah. Seseorang yang jarang mengonsumsi media dan lebih suka
berbincang dengan teman atau keluarga karena dirasa lebih bisa memberikan
memberikan kepuasannakan menggunakan media lebih sering untuk mendapatkan
informasi mengenai pemilu karena ia ingin menjadi calon legislatif (caleg).
Penonton harus memberikan perhatian kepada pesan media untuk dapat dipengaruhi,
pilihan personal dan perbedaan individu merupakan pengaruh kuat untuk menguragi
efek media. Individu yang tidak memiliki inisiatif diri yang cukup kuat akan
dipengaruhi media.
4.
Audien Sadar
Sepenuhnya terhadap Ketertartarikan, Motif, dan Penggunaan Media
Kesadaran diri
yang cukup akan adanya ketertarikan dan motif yang muncul dalam diri yang
dillanjutkan dengan penggunaan media memungkinkan peneliti mendapatkan gambaran
yang tepat mengenai penggunaan media oleh audien. Audien melakukan pilihan
secara sadar terhadap media tertentu yang akan digunakannya. Riset awal
terhadap teori penggunaan dan kepuasan dilakukan dengan mewawancarai responden
dengan menanyakan mengapa ia mengonsumsi media tetentu dan secara langsung
melakukan observasi terhadap rekasi responden selama wawancara berlangsung.
Namun, dengan semakin berkembangnya teori penggunaan dan kepuasan ini,
pendekatan kuantitatif.
5
Penilaian Isi
Media Ditentukan oleh Audien
Menurut teori
penggunaan dan kepuasan ini, isi media hanya dapat dinilai oleh audien sendiri.
Program televisi yang dianggap tidak bermutu bisa menjadi berguna bagi audien
tertentu karena merasakan mendapatkan kepuasaan dengan menonton program
tersebut. Menurut J.D Rayburn dan Philip Palmgreeen (1984), seseorang yang
membaca surat kabar tertentu tidak berarti ia merasa puas dengan surat kabar
yang dibacanya kerena mungkin hanya surat kabar itu saja yang tersedia, ia akan
segera beralih ke surat kabar lain jika ia mendapat kesempatan memperoleh surat
kabar lain.
B.
Audien Aktif
Teori
penggunaan dan kepuasan yang mendasarkan asumsinya pada gagasan bahwa konsumen
atau audien media bersifat aktif harus betul-betul dapat menjelaskan apa yang
dimaksudkannya dengan audien yang aktif (active audience) hal ini berarti
adanya sifat sukarela serta pilihan selektif audien terhadap prose komunikasi.
Singkatnya, penggunaan media didorong oleh adanya kebutuhan dan tujuan yang
ditentukan oleh audien sendiri, dan bahwasannya partisipasi aktif dalam proses
komunikasi dapat mempermudah, membatasi atau ssebaliknya, mempengaruhi kepuasa
dan menimbulkan berbagai efek yang terkait dengan terpaan media. Pemikiran
mutakhir juga menyarankan bahwa aktifitas audien dapat digambarkan dalam
sejuamlah variabel dimana audien menunjukkan berbagai jenis dan derajat
kegiatan.
Jay G. Blomler
(1979) menegemukakan sejumlah gagasan mengenai jenis-jenis kegiatan yang
dilakukan audien (audience activity) ketika mengunakan media, yang
mencakup: keguanaan (autility), kehendak (itentionality), seleksi
(selectivity), dan tidak terpengaruhi hingga terpengaruhi (inperviousness
to influence).
·
Kegunaan: media memilik
keguanaan dan orang dapat memanfaatkan kegunaan media. Misal, orang
mendengarkan radio dimobilnya untuk mendapatkan informasi lalulintas, melihat
internet untuk mendapatkan informasi tertentu, membaca buku mode untuk
mengetahui gaya busana terbaru.
·
Kehendak: hal ini
erjadi ketika motivasi menentukan kosumsi media . ketika orang membutuhkan
hibura dari televisi maka mencari perogram komedi.ketika membutuhkan informasi
mengenai situasi politik terbaru, mereka akan mencari perogram berita.
·
Seleksi: penggunaan
edia oleh audienas mencerminkan keterkaitan atau pereferensinya. Jika orang
menyukai musik dangdut maka ia akan mencari stasiun telavisi yang mennyajikan
jenis musik tersebut.
·
Tidak
terpengaruh hingga terpengaruh: audien menciptakan makna terhadap
isi media yang akan mempengaruhi yang apa mereka fikirkan dan kerjakan, namun
mereka secara aktif sering menghindar dari jenis pengaruh media trsebuat.
Misalnya, orang tertentu membeli peroduk karena kualitan dan bukan karena iklan
yang di tontonnya.
Kita sudah
memngetahui bahwa audiens dalam media bersifat aktif. Audiens juga memiliki
kebebasan dalam memilih media yang dapat memberikan mereka kepuasan, namuan
apakah media sepenuhnya bebas dalam menggunakan media dan bebas dalam
menggunakan media yang mereka surakan.
Teori ini jelas merupakan kebalikan
dari teori peluru. Dalam teori peluru media sangat aktif dan all powerfull,
sementara audience berada di pihak yang pasif. Sementara itu, dalam teori uses
and gratifications ditekankan bahwa audience aktif untuk menentukan media mana
yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Kalau dalam teori peluru
terapan media akan mengenai audience sebab ia berada di pihak yang pasif,
sementara dalam teori uses and gratifications justru sebaliknya.
Teori uses and gratifications lebih
menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa. Artinya,
menusia itu mempunyai otonomi, wewenang unutuk memperlakukan media. Blumer and
Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan
media. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk
memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana
media itu akan berdampak pada dirinya. Teori ini juga menyatakan bahwa media
dapat mempunyai pengaruh jahat dalam kehidupan. Penggunaan teori ini bisa
dilihat dalam kasus selektivitas musik personal. Kita menyeleksi musik tidak
hanya karena cocok dengan lagunya, tetapi juga untuk motif-motif yang lain,
misalnya untuk gengsi diri, kepuasan batin, atau sekedar hiburan.
Sementara Schramm dan Porter dalam
bukunya Men, Women, Message and Media (1982) pernah memberikan formula untuk
menjelaskan bekerjanya teori
Imbalan di
sini bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau imbalan
yang saat itu juga memenuhi kebutuhan khalayak. Misalnya, anda akan menonton
suatu acara pada televisi tertentu karena media tersebut menyediakan atau
memuaskan anda akan kebutuhan informasi atau hiburan. Upaya yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan sangat bergantung pada tersedia atau tidaknya media
dan kemudahan memanfaatkannya. Bila kita membagi janji imbalan dengan upaya
yang diperlukan, kita memperoleh probabilitas seleksi dari media massa
tertentu.
Kita bisa memahami interaksi orang
dengan media melalui pemanfaatan media oleh orang itu (uses) dan kepuasan yang
diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian
dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan
informasi, dan kontak sosial.
Mengapa pula
khalayak aktif memilih media? Alasannya adalah karena masing-masing orang
berbeda tingkat pemanfaatan medianya. Televisi Metro TV tentu akan lebih banyak
dipilih oleh mereka yang ingin mencari kepuasan dalam perolehan informasi dan
berita dibanding dari khalayak yang ingin memperoleh suatu pelarian dari rasa
khawatir. Orang yang senang sinetron akan memanfaatkan dan mencari kepuasan pada
media yang bisa memberikan kebutuhannya daripada media yang lain. Hal ini
berarti pemirsa menjadi pihak yang aktif dalam memanfaatkan media massa.
Kebutuhan kognitif adalah kebutuhan
yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai
lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai
lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan
kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan
pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. Kebutuhan
pribadi secara integrative adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan
kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status invidual. Hal itu bisa
diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integrative
adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman,
dan dunia. hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. Sementara
itu, kebutuhan
pelepasan
adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan,
dan hasrat akan keanekaragaman.
DAMPAK TEORI USES AND GRATIFICATIONS
Menurut Schramm dan
Roberts (dalam Jalaludin, 1994: 218), beranggapan bahwa efek hanya
“perubahan perilaku manusia yang setelah diterpa media pesan media massa”.
Karena fokusnya pesan maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang
diisampaikan media massa. Sedangkan menurut Steven M Chaffee (dalam Wilhoit dan
Harold De Bock, 1980:70) untuk melihat efek media massa, adalah membatasi efek
hanya selama berkaitan dengan pesan media akan mengesampingkan banyak sekali
pengaruh media massa, kita cenderung melihat efek media massa baik yang berkaitan
dengan pesan maupun dengan media itu sendiri.
Menurut Onong (1998:
60), dampak yang diharapkan oleh seorang komunikator atas pesan yang
disampaikannya diklasifikasikan kadarnya menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :
1.
Dampak
Kognitif
Dampak yang ditimbulkan pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi
tahu dan mengerti atau meningkat intelektualitasnya.
2.
Dampak
Afektif
Komunikator bukan hanya menjadi tahu tetapi menimbulkan perasaan tertentu.
3.
Dampak
Behavioral
Dampak
yang timbul pada komunikan dalam bentuk prilaku atau kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurudin, 2010. Pengantar komunikasi massa. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Morrisan. 2010. Teori Komunikasi Masa.
Jakarta Selatan: Ghalia Indonesia
Comments
Post a Comment